Para pemimpin bisnis semakin menyadari peran penting karyawan dalam melakukan perubahan, Dell Technologies menganjurkan perusahaan memerhatikan tiga hal ini terkait karyawan agar terobosan bisnis lebih efektif.
Khususnya di Indonesia, 96% pemimpin bisnis menyatakan bahwa karyawan adalah aset terbesarnya, menurut survei terbaru Dell Technologies yang bertajuk “Breakthrough Study”.
Di bagian lain survei tersebut juga terungkap bahwa transformasi digital yang telah berjalan beberapa tahun terakhir dan sukses juga berpotensi mandeg. Di Indonesia, 85% responden meyakini bahwa keengganan karyawan untuk berubah dapat menyebabkan kegagalan.
Selain itu, lebih dari setengah responden di Indonesia (57%) mengkhawatirkan ketertinggalan mereka di dunia digital akibat kurangnya pemimpin yang memiliki otoritas atau visi yang tepat untuk memanfaatkan kesempatan. Hal ini, khususnya ketika model as-a-Service menjadi pilihan yang menguntungkan bagi banyak perusahaan.
President, Asia Pasifik dan Jepang, dan Global Digital Cities, Dell Technologies, Amit Midha menekankan bahwa perusahaan harus menyadari adanya keterikatan erat antara kesuksesan perusahaan dan kesejahteraan karyawan.
“Riset terbaru Dell menunjukkan bahwa transformasi digital yang berkelanjutan terjadi di persimpangan antara teknologi dan manusia. Untuk mencapai terobosan yang efektif, perusahaan perlu mempertimbangkan tiga pendekatan. Pertama, menyediakan pengalaman bekerja yang konsisten dan aman, yang tidak ditentukan oleh tempat karyawan mereka bekerja. Kedua, membantu mendorong produktivitas dengan meningkatkan kemampuan karyawan menggunakan perangkat teknologi yang memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada kemampuan terbaik mereka. Terakhir, menginspirasi karyawan melalui budaya empati dan kepemimpinan yang otentik,” papar Amit Midha.
Sementara Country General Manager, Indonesia, Dell Technologies, Hendra Lesmana melihat bahwa sebagian besar organisasi di dunia, termasuk Indonesia, sudah menyadari kebutuhan transformasi digital.
“Tapi mereka mendapati transformasi digital bukan hal yang mudah, dan karyawan mereka tidak selalu bisa menerima perubahan. Gesekan antara manusia dan teknologi tersebut diperparah oleh pandemi, dan hasilnya banyak perusahaan yang tangguh secara digital, tapi sebagian besar karyawan mereka kelelahan,” jelas Hendra.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar perusahaan benar-benar memikirkan cara perusahaan membantu karyawan secara hati-hati dan terarah dalam menghadapi perubahan-perubahan selanjutnya.
Berdasarkan survei Dell Technologies, diketahui hanya 16% tenaga kerja Indonesia, yang terdiri dari pemimpin bisnis senior hingga pengambil keputusan TI dan staf, yang tertarik melakukan proyek-proyek modernisasi. Sementara, 24% responden Indonesia cenderung lambat atau enggan menerima perubahan.
Melalui survei ini pula, Dell Technologies memetakan bidang-bidang yang dapat menjadi fokus perusahaan dalam memberikan dukungan pada karyawan dalam rangka transformasi selanjutnya dan menciptakan terobosan yang efektif.
1. Konektivitas
Sebanyak 76% responden Indonesia menginginkan perusahaan mereka menyediakan perangkat dan infrastruktur yang memungkinkan merka bekerja dari mana saja, kebebasan memilih pola kerja yang sesuai keinginan mereka. Bahkan pemimpin perusahaan khawatir karyawannya tertinggal karena tidak memiliki teknologi yang tepat untuk beralih ke cara kerja yang sangat terdistribusi.
Sebanyak 72% pekerja Indonesia ingin perusahaan melakukan salah satu dari hal berikut:
- Memberikan definisi yang jelas tentang pengaturan kerja yang fleksibel dan cara-cara praktis untuk memastikan hal tersebut bisa terjadi (42%);
- Mempersiapkan pemimpin untuk bisa secara efektif dan adil mengelola tim yang bekerja remote (36%);
- Memberdayakan karyawan untuk memilih pola kerja yang diinginkan dan menyediakan perangkat/infrastruktur yang diperlukan (45%).
2. Produktivitas
Terkait keterbatasan waktu karyawan dan sedikitnya kandidat yang memenuhi kualifiktasi lowongan pekerjaan, Dell Technologies menyarankan perusahaan melakukan otomatisasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bersifat repetitif.
Menurut survei, hanya 21% responden Indonesia yang menyatakan pekerjaan mereka tidak repetitif. Dan dengan adanya otomatisasi pekerjaan, 77% responden Indonesia menyatakan keinginan mereka untuk bisa mempelajari berbagai keterampilan dan teknologi baru yang banyak dicari, seperti machine learning, kepemimpinan, atau fokus pada peluang-peluang yang lebih strategis untuk meningkatkan karier.
3. Empati
Pada intinya, perusahaan perlu membangun sebuah budaya yang yang menghargai karyawan sebagai sumber kreativitas dan aset terbesar perusahaan.
Hasil riset menunjukkan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut dan mengedepankan empati dalam pengambilan keputusan, mulai dari menyederhanakan teknologi karena 63% responden Indonesia merasa kewalahan dengan teknologi yang kompleks, hingga merancang program perubahan yang sesuai dengan keterampilan individu. Menurut 61% karyawan Indonesia, mereka percaya pemimpin mereka telah melakukan hal ini.