Dengan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang memindahkan pusat data mereka ke Asia Tenggara, wilayah ini dapat dikatakan akan menjadi hotspot untuk investasi pusat data.
Pada pertengahan tahun ini, pemerintahan Singapura telah mengangkat moratorium pada konstruksi pusat data.
Dengan perencanaan Satu Data Indonesia (SDI) 2022-2024, pemerintah Indonesia juga sedang berfokus pada perluasan implementasi struktur data seperti pusat data.
Sedangkan pasar pusat data di Thailand diperkirakan akan mencapai 1.03 triliun dolar AS pada tahun 2027.
Pusat data – dengan infrastrukturnya yang tersebar di berbagai lokasi geografis – menghadirkan tantangan untuk memantaunya.
Pusat data menjadi infrastruktur yang penting untuk perusahaan di berbagai industri.
Maka dari itu, kegagalan pemantauan ekosistem ini akan membuat bisnis tidak dapat dioperasikan.
Sangatlah penting untuk menjaga peralatan teknis, fasilitas operasional, serta keamanan untuk menjamin efisiensi operasi bisnis yang akan meminimalisir downtime pusat data.
Dengan penggunaan pusat data yang menjadi semakin penting di berbagai industri di Asia Tenggara, maka solusi monitoring juga akan menjadi sama pentingnya.
3. Monitoring jarak jauh lewat cloud akan meningkat - namun perlu diferensiasi
Saat ini, penggunaan cloud oleh perusahaan terus meningkat, dengan 76% perusahaan di Asia Pasifik terus berencana untuk meningkatkan layanan cloud mereka dalam waktu 12 bulan ke depan.
Aspek penting migrasi cloud adalah untuk menguatkan strategi cloud-first dengan memastikan bahwa beragam aplikasi dan proses IT dapat digabungkan ke lingkungan sebuah komputasi awan.