Find Us On Social Media :

Studi Ini Ungkap Dampak Baterai Li-ion pada UPS Terhadap Lingkungan

By Rafki Fachrizal, Rabu, 21 Desember 2022 | 13:45 WIB

Schneider Electric merilis hasil studi white papernya yang berjudul “Understanding the Total Sustainability Impact of Li-ion UPS Batteries” dan menemukan bahwa secara keseluruhan, dalam siklus masa pakainya, baterai lithium-ion memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan baterai VRLA (valve-regulated lead-acid) atau dikenal dengan aki kering.

Namun begitu baterai lithium-ion tetap memiliki dampak terhadap lingkungan yang perlu diantisipasi.

Adapun studi yang dilakukan Schneider Electric mengupas setiap bagian dari siklus hidup baterai lithium-ion (li-ion) yang dibagi dalam 3 fase utama: rantai pasokan, pengoperasian, dan akhir masa pakai.

“Pasar baterai li-ion terus berkembang dan diperkirakan akan terus tumbuh selama beberapa tahun mendatang (dengan CAGR 12,3% dari 2021 hingga 2030). Peningkatan ini, sebagian, merupakan hasil dari booming pasar Kendaraan Listrik (EV) dan popularitas baterai ini di kalangan pembuat mobil karena ukurannya yang kecil, bobot yang ringan, dan masa pakai yang lebih lama. Mengingat kelebihan yang dimiliki, baterai li-ion pun mulai banyak digunakan pada Uninterruptible Power Supply (UPS) sebagai pengganti baterai VRLA.” Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste.

Namun begitu banyaknya pemberitaan yang berkembang mengenai bahaya dan masalah lingkungan yang diakibatkan dari baterai li-ion menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran dari manajemen data center dan professional TI akan dampaknya terhadap pencapaian tujuan keberlanjutan perusahaan mereka.

Kekhawatiran terhadap bahan material yang digunakan, intensitas karbon berlebih, keamanan selama pengangkutan dan penggunaan, serta ketidakpastian mengenai pengolahan limbah baterai menjadi beberapa faktor yang banyak menjadi perhatian.

“Dalam white paper ini, kami mencoba menelusuri secara holistik dampak baterai li-ion mulai dari hulu ke hilir hingga di akhir masa pakainya, dibandingkan dengan baterai VRLA. Harapannya melalui white paper ini dapat menjernihkan kebingungan dan memberikan gambaran dari sudut pandang berbeda,” lanjut Yana.

Rantai Pasokan

Banyak pertanyaan anggapan yang kurang tepat yang muncul terkait dengan rantai pasokan, termasuk ekstraksi bahan mentah, proses pembuatannya, dan kemudian distribusi/pengangkutan baterai.

Terdapat anggapan umum bahwa penambangan baterai li-ion untuk mendapatkan litium saat ini (vs. VRLA yang sebagian besar menggunakan timah daur ulang) memberikan dampak lebih buruk bagi lingkungan.

Namun bila menelisik ekstraksi bahan mentah, maka ada tiga pertimbangan utama yang mendorong dampak lingkungan, yaitu: (1) toksisitas proses, (2) keamanan dan etika praktik penambangan, dan (3) jumlah material yang dibutuhkan.

Dalam white paper ini, akan dijelaskan bagaimana massa material yang lebih kecil dan penurunan toksisitas li-ion yang signifikan menghasilkan dampak lingkungan yang lebih rendah secara keseluruhan dalam tahapan eksplorasi sumber material.

Anggapan umum yang kurang tepat adalah informasi kompleksitas ‘sistem’ baterai li-ion terkait komponen yang dibutuhkan untuk menunjang keamanannya (seperti system manajemen baterai dan switchgear), menjadi tolak ukur bahwa baterai ini memiliki dampa lingkungan yang lebih besar selama pembuatan.