Find Us On Social Media :

Trend Cyber Security 2023: Ancaman Artificial Intelligence Kian Nyata

By Wisnu Nugroho, Selasa, 27 Desember 2022 | 09:12 WIB

Trend cyber security 2023 diprediksi akan membuat Artificial Intelligence menjadi pedang bermata dua

Akan tetapi, Jeff juga meyakini teknologi AI juga bermanfaat untuk meningkatkan cyber security. “AI dapat dimanfaatkan untuk menganalisis sumber masalah dan memberikan saran untuk menanggulanginya,” ungkap Jeff.

Jadi boleh dibilang, AI akan menjadi alat yang digunakan orang jahat maupun orang baik untuk “berperang” di dunia cyber security. Kini tinggal bagaimana mendukung orang baik untuk dapat memenangkan persaingan tersebut.

4. Menjawab kelangkaan talenta 

Menurut situs Cyberseek.org, ada sekitar 770 ribu lowongan di bidang cyber security yang belum terpenuhi saat ini. Jumlah ini hampir sama dengan talenta cyber security yang jumlahnya sekitar 1 juta orang. Artinya, dunia membutuhkan dua kali lipat talenta cyber security dari yang ada saat ini.

Kebutuhan seperti ini relatif sulit dipenuhi dengan pendekatan biasa. “Butuh tahunan untuk membentuk seorang ahli di bidang cyber security,” ungkap Jeff. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Yang pertama adalah memperbanyak pelatihan, baik untuk mendapatkan talenta cyber security maupun untuk meningkatkan pengetahuan cyber security bagi pengguna.

Pendekatan lain adalah membuat sistem cyber security yang membantu pekerja di bidang cyber security. “Sebagai contoh, kita membutuhkan tools otomatisasi yang dapat menemukan dan menambal lubang keamanan yang ada,” ungkap Jeff. Dengan memanfaatkan AI seperti poin di atas, tugas tim cyber security pun dapat berkurang sehingga mereka dapat fokus ke isu yang lebih krusial.

5. Semakin meningkatkan peran MFA

Tidak semua trend cyber security bernada muram. Salah satu trend bagus di tahun 2022 adalah semakin populernya implementasi Multi Factor Authentication (MFA). “Sistem MFA memang bukan hal baru, namun kami melihat adopsi yang semakin tinggi di berbagai organisasi,” ungkap Jeff. 

Dengan mengkombinasikan otentikasi berdasarkan apa yang pengguna ingat (seperti password atau nomor PIN), apa yang pengguna punya (token fisik), dan siapa pengguna (sidik jari atau wajah), MFA semakin meningkatkan keamanan sistem. 

Ke depan, Jeff memprediksi MFA akan semakin berkembang. Aspek paling lemah dari sistem keamanan, yaitu password, akan dihilangkan. Sebagai gantinya, akan muncul cara-cara baru untuk melakukan otentikasi tanpa menggunakan password. “Dengan begitu, user experience dan juga keamanan sistem akan meningkat,” tambah Jeff.