Di awal tahun 2023, perusahaan cyber security (keamanan siber) Palo Alto Networks mengungkapkan prediksi tren cyber security yang bakal ada di tahun ini, khususnya untuk wilayah Asia Pasifik.
Prediksi tren cyber security di 2023 menurut Palo Alto mulai dari serangan siber yang menargetkan lingkungan cloud hingga metaverse yang perkembangannya kini semakin terus meluas.
Dengan adanya informasi prediksi tren cyber security terbaru ini, sebagai upaya Palo Alto Networks membantu perusahaan/organisasi mencapai keamanan siber yang lebih baik di masa mendatang.
Sean Duca, Vice President and Regional Chief Security Officer, Palo Alto Networks untuk Jepang & Asia pasifik mengungkapkan, “Fluiditas serangan siber saat ini mengharuskan para pemimpin bisnis untuk menata kembali pendekatan keamanan siber mereka secara konstan. Pemimpin bisnis harus mempertimbangkan solusi, teknologi, dan pendekatan inovatif yang mengungguli mekanisme tradisional.”
“Perusahaan-perusahaan memiliki banyak hal untuk dipertimbangkan di tahun ini, tetapi dengan tetap waspada dan siaga, mereka akan mampu mempertahankan diri dari ancaman yang terus berkembang,” sambung Sean.
Lebih lanjut, prediksi yang pertama yaitu akselerasi adopsi jaringan telekomunikasi 5G ternyata bakal meningkatkan level kerentanan.
Koneksi 5G di Asia Pasifik diperkirakan bertumbuh cepat. Angkanya bakal mencapai 430 juta pada tahun 2025, meningkat dari 200 juta pada akhir tahun 2021, menurut laporan terbaru dari asosiasi industri GSMA.
Di Singapura, Singtel telah mencapai 95% cakupan 5G secara nasional, lebih cepat dari target regulasi pada tahun 2025, dengan rencana memperluas cakupan standalone 5G pada 2025.
“Walaupun memberikan kelincahan, skalabilitas, dan kinerja yang lebih besar, pemanfaatan teknologi cloud turut mengekspos core 5G ke kerentanan keamanan cloud. Serangan skala besar bisa datang dari mana saja, bahkan dari dalam jaringan operator,” jelas Alex Nehmy, Director Industry 4.0, Palo Alto Networks untuk Jepang & Asia pasifik.
Prediksi yang kedua yakni serangan siber yang menargetkan perangkat medis di industri kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengamankan perangkat medis yang terkoneksi.
Digitalisasi memungkinkan berbagai kapabilitas baru dalam industri kesehatan, seperti layanan kesehatan virtual dan diagnosa jarak jauh.
Prevalensi sistem lama dan data sensitif yang menarik bagi penjahat siber menjadikan industri kesehatan sebagai sasaran empuk, sehingga pelaku ancaman siber akan memfokuskan perhatian pada industri ini.
Faktanya, semakin dekat jarak suatu perangkat dengan pasien, semakin besar kemungkinan dampaknya pada keselamatan pasien, serta semakin besar pula kemungkinan pelaku ancaman siber akan memanfaatkannya.