Memastikan keamanan siber pada perangkat medis yang terhubung akan menjadi sangat penting bagi keselamatan pasien.
Prediksi yang ketiga yaitu serangan terhadap cloud supply chain akan mengganggu bisnis.
Berbagai perusahaan mulai mengadopsi arsitektur cloud native, yang berarti mereka juga menggunakan kode pihak ketiga di dalam aplikasi penting mereka.
Log4J baru-baru ini mendemonstrasikan berapa banyak perusahaan yang dapat menjadi rentan karena sepotong kode yang terselip jauh di dalam proses pengemasan perangkat lunak.
“Kami juga melihat para penyerang siber menargetkan sukarelawan yang mengelola konstruksi kode open-source ini untuk menyusup ke dalam organisasi melalui proses pembaruan software package. Masalah ini berada di dalam wilayah cloud supply chain dan kita akan melihat lebih banyak gangguan di tahun-tahun mendatang yang didorong tren adopsi cloud,” Ian Lim, Field Chief Security Officer, Palo Alto Network untuk Asia Pasifik
“Oleh karena itu, di dalam riset terbaru kami, 37% organisasi menduga serangan software supply chain akan menjadi jenis serangan yang mengalami peningkatan terbesar di tahun 2023,” lanjutnya.
Prediksi yang keempat, perdebatan tentang penguasaan data akan semakin intens.
Dengan semakin bergantungnya dunia pada data dan informasi digital, jumlah peraturan dan undang-undang yang didorong keinginan untuk melindungi warga negara serta memastikan ketersediaan layanan penting akan meningkat.
Maka, perbincangan seputar lokalisasi dan penguasaan data akan semakin intens di tahun 2023.
Kemudian prediksi yang terakhir, metaverse akan menjadi area bermain baru bagi para pelaku kejahatan siber.
Sebesar US$54 miliar (setara lebih dari Rp 841 triliun) diperkirakan akan dihabiskan setiap tahunnya untuk produk virtual.
Karena itu, metaverse diprediksi dapat menjadi area bermain baru bagi penjahat siber.