Mewujudkan Mimpi
Selama tiga tahun menjalankan G2Academy, Ferry melihat beberapa tantangan dalam mengembangkan institusi edutech di Indonesia. Yang pertama adalah belum meratanya akses internet, sehingga calon pelajar yang bisa mengakses pendidikan online seperti G2Academy menjadi terbatas.
Alasan lain adalah biaya. “Dari 100 orang yang mendaftar, rata-rata 70 orang lulus seleksi awal. Namun dari yang lulus tersebut, yang sanggup membayar sekitar 10 orang saja,” ungkap Ferry.
“Saya ingin memiliki tempat di mana semua orang bisa bekerja dan belajar,”
Untuk menjawab tantangan di sisi biaya ini, G2Academy pun menawarkan beberapa alternatif. Contohnya adalah program SNPL (Study Now Pay Later), ketika pelajar bisa membayar biaya pelatihan setelah mendapatkan pekerjaan. “Namun yang bersedia mengambil program ini juga tidak banyak,” tambah Ferry.
Karena itu Ferry mengusulkan, pemerintah bisa memberikan kelonggaran pajak bagi pelaku industri edutech. Dengan begitu, biaya pendidikan pun bisa ditekan sehingga lebih terjangkau bagi talenta Indonesia yang ingin mengembangkan skills-nya.
Meski banyak tantangan, Ferry meyakini G2Academy akan dapat mencapai mimpinya: membawa talenta Indonesia berbicara di level global. “SDM Indonesia itu sebenarnya pintar-pintar, kita cuma kurang kesempatan untuk berbicara di level yang lebih luas,” tambah Ferry.
Mimpi lain yang juga ingin dicapai Ferry adalah membawa G2Academy ke level yang lebih tinggi. “Saya ingin punya kampus,” tambah Ferry sambil tertawa kecil. “Saya ingin memiliki tempat di mana semua orang bisa bekerja dan belajar,” tambah Ferry.