Bisnis sudah menguasai data—data mengenai penjualan produk, distribusi, inventaris, manufaktur, dan semua operasional mereka. Tetapi mungkin ada data yang tidak digunakan, sehingga menjadi tidak berguna.
Tantangan akan muncul untuk membuat data tersebut lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang. Oleh karena itu, Teknologi AI seperti pembelajaran mesin (ML) telah disematkan ke dalam sistem perusahaan untuk meletakkan dasar bagi demokratisasi data ini.
Untuk mendorong proses tersebut lebih lanjut, perusahaan harus menggunakan "augmented analytics" untuk membuat data agar dapat dipahami oleh “manusia biasa", yaitu, pelaku bisnis dan bukan hanya ilmuwan data yang dapat membuat dan menguji model, hal Ini sangat penting, karena data ilmuwan biasanya sangat langka dan karenanya menjadi mahal. Di sisi lain, mereka seringkali kurang mengetahui tentang bisnis inti perusahaan daripada manajer lini bisnis.
Analisis yang cepat dan mudah diakses ke data terkait dapat secara drastis meningkatkan performa dalam aplikasi, salah satu contohnya mulai dari mobil Formula 1 dan balap, perahu layar SailGP hingga deteksi penipuan, kebutuhan akan akses data real-time akan menjadi pendorong utama lainnya di masa mendatang.
6. Bisnis Perlu Mengutamakan Kepentingan Lingkungan Sosial dan Tata Kelola (ESG)
Saat kekhawatiran tentang lingkungan meningkat, konsumen ingin mengetahui bagaimana produk dan layanan diperoleh, diproduksi, dan dikirim, sehingga semakin banyak yang ingin berbisnis dengan perusahaan dengan nilai-nilai lingkungan sosial dan tata kelola (ESG) yang kuat. Perusahaan yang cerdas harus dapat menghadapi tantangan dengan tindakan, bukan sekadar basa-basi.
Penelitian menunjukkan bahwa seluruh rantai pasokan harus dipertimbangkan dalam menghitung dampak perusahaan terhadap lingkungan karena diperkirakan 90% emisi rumah kaca perusahaan berasal dari rantai pasokannya.
Perusahaan perlu mengatasi rantai pasokan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial mereka. Selain dari 90% stat gas rumah kaca, rantai pasokan perusahaan juga menghasilkan antara 50% hingga 70% dari biaya operasinya, menurut laporan EY Supply Chain Sustainability 2022.
Penelitian ini mencatat bahwa: “Di luar penghindaran risiko dan kepatuhan, organisasi sedang mencari cara untuk menciptakan nilai jangka panjang dengan menanamkan keberlanjutan ke dalam operasi rantai pasokan.”
Selain manfaat lainnya, perpindahan besar-besaran ke komputasi awan dapat membantu iklim. IDC memperkirakan bahwa adopsi cloud yang tersebar luas dapat mencegah emisi lebih dari 1 miliar metrik ton karbon dioksida antara tahun 2021 dan 2024.
Akhir kata, menuju ke pertengahan hingga akhir 2020-an, pelanggan menginginkan teknologi yang akan membantu mereka mengelola biaya, meningkatkan pendapatan, dan mereka menginginkan berbagai macam pilihan dalam cara penerapan teknologi tersebut.
"Tak perlu dikatakan lebih jauh, mereka akan memprioritaskan penyedia cloud yang memfasilitasi, bukan yang menghalangi, bagaimana mereka ingin menjalankan beban kerja cloud mereka, kata Rusly Askar," kata Senior Country Director, Cloud Platform, Oracle Indonesia