Find Us On Social Media :

Group-IB Temukan 600 Akun IG Dibajak untuk Phishing di Indonesia

By Liana Threestayanti, Selasa, 28 Maret 2023 | 14:30 WIB

Domain-domain phishing disebarkan menggunakan akun Instagram yang telah disusupi. Iklan dan halaman phishing tersebut meniru desain dan tema kampanye promosi bank yang sah.

Lebih dari 600 akun Instagram teridentifikasi telah dibajak untuk menyebarkan serangan phishing di Indonesia, menurut temuan terbaru perusahaan global di bidang cyber security, Group-IB.

Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini menemukan kampanye penipuan baru dan ekstensif yang membidik pengguna Instagram serta perbankan di Indonesia dengan tujuan untuk mendapatkan akses ke rekening bank mereka. 

Melalui unit Digital Risk Protection, Group-IB mengidentifikasi lebih dari 600 akun Instagram yang dibajak untuk digunakan menyebar tautan phishing, yaitu tautan yang akan mengarahkan calon korban ke situs web palsu yang disamarkan sebagai halaman login aplikasi mobile banking salah satu lembaga keuangan terkemuka di Indonesia.

Incar Akun Tanpa 2FA

Bagaimana cara para penipu melancarkan serangan cyber security ini? Menurut tim Digital Risk Protection Asia-Pasifik Group-IB, skema multi-fase yang produktif telah aktif setidaknya sejak September 2022. Pada tahap awal, penjahat siber mengidentifikasi akun Instagram yang tidak mengaktifkan autentikasi multi-faktor. 

Setelah mendapatkan akses dengan memaksa masuk atau dengan melakukan phishing kredensial, para penipu mengubah email akun dan mengaktifkan 2FA untuk mencabut akses pemilik yang sah. 

Dengan mengambil alih profil Instagram yang sah, para penipu akan memiliki jangkauan yang lebih luas karena akun yang dibajak memiliki jumlah pengikut yang cukup banyak dan para follower ini mungkin berpikir bahwa kontennya dapat dipercaya. Group-IB menemukan satu akun milik pelatih sepak bola Indonesia yang populer dengan lebih dari 23.000 pengikut yang disusupi oleh para penipu sebagai bagian dari kampanye ini.

Para penipu kemudian mengganti nama akun-akun tersebut agar terlihat seperti milik salah satu lembaga keuangan terkemuka di Indonesia dengan menggunakan merek dagang dan logo resmi lembaga tersebut sebagai gambar profil. Pada beberapa akun yang dibajak, para penipu bahkan tidak perlu repot menghapus konten dari pemilik sebelumnya. 

Para analis Group-IB menemukan dan menangguhkan semua akun Instagram yang teridentifikasi terlibat dalam skema tersebut dan berkoordinasi dengan Tim Dukungan Kekayaan Intelektual Instagram. 

Aditya Arnanda, Analis Digital Risk Protection di Indonesia untuk Group-IB menyatakan, ada alasan kuat mengapa para penipu lebih memilih Instagram. “Menurut temuan kami yang dipresentasikan di Digital Risk Summit 2022 Group-IB, media sosial menjadi saluran nomor satu untuk distribusi penipuan di Asia Pasifik pada tahun 2021. Lebih dari 75% dari semua penipuan yang dianalisis oleh Group-IB terjadi di media sosial. Instagram ternyata menjadi platform favorit para penipu di Asia Pasifik. Lebih mudah untuk menginspirasi kepercayaan di media sosial dan konten visual cenderung lebih beresonansi dengan orang-orang,” jelasnya tentang serangan cyber security ini.

Penipuan Bola Salju 

Setelah tampilan visual profil diubah, para penipu mem-posting konten phishing yang menyamar sebagai bank terkenal di Indonesia. Tujuan akhir para penipu adalah membuat para korban yang tidak menaruh curiga ini untuk mengunjungi situs web phishing yang menyamar sebagai halaman login aplikasi mobile banking, yang dirancang untuk mencuri kredensial mereka. 

Untuk tujuan itu, para penipu membuat beberapa domain phishing. Mereka mendaftarkan URL palsu yang meniru URL yang sah agar terlihat lebih dapat dipercaya. Situs web semacam itu biasanya dibuat dan dikelola secara massal. Sejak September 2022, alat Analisis Jaringan Grafik Group-IB mengidentifikasi beberapa kelompok domain phishing, termasuk kelompok dengan lebih dari 200 sumber daya phishing terafiliasi yang ditujukan untuk bank dan lembaga keuangan lainnya di Indonesia dan negara-negara lain di kawasan ini. Sebagian besar situs web tersebut terdeteksi oleh Unified Risk Platform dan diblokir oleh tim Digital Risk Protection Group-IB di Jakarta. 

Menurut Group-IB, domain baru terus bermunculan setiap hari, dan Group-IB terus memantau infrastruktur dan mengambil tindakan untuk menghilangkan tautan-tautan jahat setelah ditemukan. Ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan yang ditujukan untuk perlindungan preventif terhadap merek organisasi keuangan yang ditiru. 

Kampanye promosi palsu menargetkan audiens yang tersegmentasi berdasarkan lokasi, minat, dan kesukaan. Tautan phishing juga dibagikan di cerita atau feed akun, bersama dengan URL undangan di bio. Iklan palsu tersebut mendorong pelanggan perbankan yang sudah ada untuk mengunjungi situs web untuk mendaftar ke “program transfer uang bebas biaya.” Iklan dan halaman phishing tersebut meniru desain dan tema kampanye promosi bank yang sah. 

Pada tahap akhir serangan cyber security ini, pengguna diminta memasukkan kredensial aplikasi perbankan seluler mereka. Banyak situs web phishing yang hanya akan menampakkan diri jika korban mengakses sumber daya dari perangkat seluler. Ini adalah teknik lain yang digunakan oleh para penipu untuk mempersulit pendeteksian dan penghapusan. Selain itu, mungkin lebih sulit bagi pengguna biasa untuk menemukan inkonsistensi pada layar ponsel yang kecil.  

Deteksi Dini Adalah Kunci

Menurut Aditya, kampanya penipuan baru ini sukses membidik berbagai pihak dalam berbagai tahap siklus hidup, mulai dari pemilik akun Instagram, follower-nya yang merupakan pelanggan perbankan, dan bank yang merek dagangnya disalahgunakan oleh para penipu untuk membangkitkan kepercayaan serta mencuri kredensial online. 

“Skema ini makin canggih secara teknis dan melibatkan beberapa lapisan yang sulit diidentifikasi dengan alat pemantauan konvensional. Perusahaan harus mempersenjatai diri dengan solusi yang mampu menangani seluruh siklus penipuan dan infrastruktur di belakangnya. Deteksi pada tahap awal adalah kunci untuk meminimalkan risiko digital pada merek yang terkena dampak dan melindungi calon korban,” saran Aditya Arnanda.

Aditya menjelaskan, penipuan ini merugikan pemilik merek maupun orang biasa. Ketika akun ditangguhkan oleh Instagram berdasarkan pelanggaran merek dagang, pemilik akun tersebut kehilangan aset digital mereka. 

“Tindakan pencegahan standar harus dilakukan pada tahap awal untuk mencegah insiden ini terjadi sejak awal. Aset digital seperti akun media sosial harus dilindungi secara ekstra dengan mengaktifkan autentikasi multi-faktor,” jelasnya.

Praktik yang biasa dilakukan adalah menggunakan One Time Password (OTP) yang dikirim ke nomor ponsel pemilik akun melalui SMS. Selain itu, orang-orang yang sadar akan keamanan harus mengambil langkah lebih lanjut dengan memasang aplikasi autentikator untuk menghasilkan kode yang terus berubah.

Selain itu, menurut Aditya, pengguna harus selalu memeriksa domain URL untuk memverifikasi apakah itu adalah situs web resmi sebelum membagikan informasi pribadi dan pembayaran atau kredensial perbankan mereka.