Find Us On Social Media :

Cisco Bakal Akuisisi Perusahaan Keamanan Cloud Lightspin Rp2 Triliun

By Adam Rizal, Selasa, 4 April 2023 | 15:30 WIB

Cisco

Perusahaan teknologi raksasa Cisco akan mengakuisisi perusahaan penyedia solusi keamanan cloud yang berbasis di Israel, Lightspin.

Media Israel melaporkan bahwa Cisco akan membayar sekitar USD200 juta atau Rp2,85 triliun untuk memiliki perusahaan keamanan cloud tersebut.

Platform Lightspin menyediakan keamanan infrastructure-as-code (IaC), manajemen postur keamanan cloud (CSPM) dan manajemen postur keamanan Kubernetes (KSPM), pemindaian beban kerja, analisis jalur serangan, perlindungan saat proses kerja, penemuan permukaan serangan, dan kemampuan kepatuhan SOC2.

Menurut Cisco, kehadiran Lightspin ke dalam portofolio keamanan cloud-nya akan memungkinkan para pelanggannya untuk "mengidentifikasi, memprioritaskan, dan meremediasi risiko keamanan cloud yang kritis tanpa perlu repot-repot melakukan konfigurasi yang ekstensif".

"Tim Lightspin memiliki keahlian teknis yang luas dalam keamanan cloud, pengembangan produk, dan produk keamanan SaaS," kata Cisco.

"Pengalaman tim dalam mendukung DevOps dan DevSecOps dengan konteks dan peralatan akan mempercepat kemampuan kami dalam memberikan solusi dan dukungan yang diperlukan untuk memprioritaskan dan memulihkan kerentanan di seluruh aplikasi dan lingkungan cloud," ujarnya seperti dilansir SecurityWeek.

Lightspin muncul secara diam-diam pada akhir tahun 2020 dan telah mengumpulkan total USD25 juta dari para investor.

Tren Bisnis

Tren Bisnis dan Teknologi di 2023 Menurut Cisco.

Beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa masa depan tidak dapat diprediksi. Organisasi beradaptasi dengan lingkungan pasca pandemi yang terus berkembang sembari menyeimbangkan dampak dari tren makroekonomi yang disebabkan pandemi, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan inflasi.

Koneksi antara manusia, perangkat, dan data terus berkembang, dengan miliaran titik kontak 2023, bisnis tidak hanya harus memenuhi yang dapat dibagikan, dan dapat diakses secara berlipat ganda dalam dunia kerja hybrid dan dunia dengan hybrid-cloud.

Pada tahun 2023, bisnis tidak hanya harus memenuhi ekspektasi karyawan dan pemangku kepentingan yang terus berkembang, tetapi juga memastikan bahwa mereka tetap relevan di era digital dan hybrid yang terus berkembang.

Untuk mendukung bisnis di dalam negeri terkait perjalanan digitalnya, pemerintah Indonesia telah mempercepat pengembangan infrastruktur digital nasional.

Inisiatif tersebut dilakukan dengan pengalokasian dana sebesar Rp25 triliun untuk membangun berbagai program pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi dan komunikasi yang akan memberikan akses yang merata ke internet, mendorong transformasi digital di sektor ekonomi dan pemerintahan bersama tujuan lainnya.

"Membangun fondasi digital yang kuat sangat penting di era digital saat ini. Seiring dengan semakin terdistribusinya organisasi dan pengguna, kebutuhan akan akses ke aplikasi di mana saja dan kapan saja membutuhkan transformasi jaringan untuk menghadirkan konektivitas tanpa gangguan dengan tetap menjaga keamanan,” ujar Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia

Dua pertiga (67%) responden di Indonesia percaya bahwa ketika masalah terkait konektivitas sering terjadi, hal tersebut dapat menghambat karir para pekerja jarak jauh.

Di sisi lain 28% menyatakan bahwa perusahaan mereka masih membutuhkan infrastruktur jaringan yang tepat.

Perusahaan perlu memodernisasi infrastruktur Teknologi Informasi mereka dengan teknologi SD-WAN untuk menghubungkan pengguna, perangkat, dan Internet of Things (IoT) ke sistem, aplikasi, dan data secara aman dengan manajemen terpadu yang disertai administrasi kebijakan keamanan.

Pergeseran ke era yang semakin terdigitalisasi akan menuntut perubahan pada ruang fisik seperti kantor dan fasilitas kesehatan, di mana ruang-ruang tersebut perlu ditata kembali agar inklusif bagi lingkungan kerja yang hybrid.

Sebuah survei baru-baru ini mengungkap peningkatan signifikan pada karyawan yang bekerja dari rumah saat ini menunjukkan bahwa 98% rapat akan memiliki setidaknya satu peserta yang ikut secara jarak jauh.

Namun, hanya 6% dari ruang rapat dan ruang kelas di seluruh dunia yang memiliki fitur video.

Dengan 91% pekerja di Indonesia mengatakan bahwa mereka ingin bekerja dalam model kerja hybrid atau dengan sepenuhnya jarak jauh di masa depan, menunjukkan semakin jelasnya bisnis saat ini harus menjembatani kesenjangan dalam normalitas kerja yang baru ini.

Marina mengatakan, "Di tahun mendatang, pekerjaan hybrid akan memaksa industri dan perusahaan dengan ruang kerja fisik untuk memikirkan kembali ruang kerja mereka agar dapat mendorong lingkungan yang inklusif.”

“Hal ini akan terwujud melalui kolaborasi yang semakin erat antara departemen Teknologi Informasi, SDM, dan fasilitas, dimulai dari mengintegrasikan fitur-fitur inklusif seperti kecerdasan audio bertenaga AI, background noise cancellation atau peredam kebisingan yang melengkapi ruang kerja fisik untuk kolaborasi hybrid yang lancar dan aman hingga kebijakan karyawan dan pedoman perusahaan dapat diperbarui guna memastikan semua karyawan mendapatkan imbalan yang adil dalam jangka panjang, di mana pun mereka bekerja," sambungnya.

Dalam sebuah studi terbaru dari PWC, diproyeksikan bahwa bisnis dan layanan yang digerakkan oleh 5G dapat memberikan kontribusi sekitar Rp2,8 kuadriliun kepada perekonomian pada tahun 2030.

Sebagai sebuah game changer dalam hal konektivitas, kombinasi Wi-Fi 6 dan 5G akan merevolusi cloud baru, edge, dan Internet of Things (IoT), serta membuka masa depan konektivitas yang baru bagi hampir semua industri, dengan menyediakan bandwidth tiga kali lipat lebih besar dan lima kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan Wi-Fi 5.

Selain teknologi, tujuan perusahaan, terutama terhadap dampak sosial dan lingkungan, akan menjadi pusat perhatian di tahun mendatang.

Menurut sebuah penelitian oleh Harvard Business Review, lebih dari separuh perusahaan yang berjalan didampingi dengan tujuan yang kuat dilaporkan mengalami pertumbuhan bisnis 10% lebih besar dibandingkan dengan 42% perusahaan yang tidak memiliki tujuan yang kuat.

Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian tersebut, tujuan perusahaan yang kuat akan menjadi kunci untuk menarik dan mempertahankan talenta karyawan dimana mereka mencari rasa kebersamaan di dunia kerja hybrid.

Ketika semua pemangku kepentingan seperti karyawan, pelanggan, dan investor mendukung perusahaan agar dapat berdiri dan bertindak untuk sesuatu yang lebih besar dari sekadar produk dan layanannya, hal tersebut akan berdampak baik untuk bisnis.

Selain itu, hal ini juga akan baik bagi dunia karena bisnis bekerja dengan ekosistem yang lebih luas untuk mengambil tanggung jawab pada inisiatif yang lebih bermakna seperti tujuan keberlanjutan.

"Di Indonesia, hal ini dapat terwujud dalam bentuk kemitraan antara perusahaan publik dan swasta yang akan bekerja sama dalam menentukan kerangka kerja dengan pelaporan Environmental, Social and Governance (ESG), standar pengungkapan informasi, peraturan, dan target keberlanjutan," jelas Marina.

Baca Juga: IBM Indonesia Ungkap Lima Tren Teknologi untuk Bisnis di Tahun 2023