Tak hanya itu, Zoho juga memiliki platform low-code. Menggunakan platform bersangkutan, para bisnis bisa membuat aneka aplikasi sederhana dengan mudah dan cepat tanpa bantuan para pengembang aplikasi profesional. Lagi pula Zoho telah menambahkan AI (artificial intelligence) — Zoho juga menambahkan AI untuk tawaran-tawarannya yang lain — untuk membantu pengembangan aplikasi yang dimaksud. Zoho mengeklaim para konsumennya telah memanfaatkan platform low-code-nya dan membuat lebih dari 4 juta aplikasi berbeda untuk mengatasi problem-problem spesifik mereka. Zoho pun menegaskan bahwa para bisnis yang menggunakan platform low-code-nya tidak perlu banyak berinvestasi pada cyber security alias keamanan siber sehubungan aplikasi, kinerja aplikasi, dan sejenisnya karena sudah dilakukan oleh Zoho melalui platform low-code tersebut.
Menariknya lagi, Zoho merupakan perusahaan yang dimiliki secara privat sehingga tidak perlu bertanggung jawab terhadap pemegang saham eksternal. Hal itu disebutkan Zoho membuatnya bebas melakukan apa yang menjadi nilai-nilai dari perusahaan. Dua di antaranya adalah cyber security dan privasi. Zoho mengeklaim tawaran-tawarannya memiliki cyber security yang mumpuni dan menjaga privasi pengguna. Bahkan, Zoho menegaskan dirinya tidak menggunakan public cloud. Zoho menggunakan data center alias pusat data sendiri. Selain itu, Zoho mengembangkan sendiri aplikasi-aplikasi yang ditawarkannya. Zoho tidak mengakuisisi aplikasi dari pihak lain. Dengan mengembankan sendiri aplikasi-aplikasinya, Zoho menekankan bahwa para aplikasinya lebih terintegrasi sejak awal dibandingkan bila merupakan kumpulan aplikasi yang mengandung aplikasi yang diakuisisi dari pihak lain.
Kehadiran kantor Zoho di Indonesia selaras pula dengan filosofi “Transnational Localism” yang dianut Zoho dalam bertumbuh. Transnational Localism alias Lokalisme Transnasional, seperti yang dituliskan InfoKomputer di sini, dijelaskan Zoho sebagai usaha untuk menciptakan komunitas dan ekonomi lokal yang mandiri. Diperkenalkan pada awal tahun 2020, inisiatif itu telah berkembang menjadi kantor-kantor global baru, mencakup perekrutan tim lokal, menjalin kemitraan dengan organisasi lokal dan badan pemerintah guna menurunkan hambatan adopsi teknologi untuk bisnis, mengadakan kursus peningkatan keterampilan yang berhubungan dengan lembaga pendidikan, pelokalan bahasa termasuk dukungan bahasa seperti Bahasa Indonesia, dan memberi harga lokal untuk beberapa negara.
Lebih lanjut, kantor yang dibuka sebagai bagian dari upaya Transnational Localism yang dianut Zoho tersebut mengikuti model hub-and-spoke; kantor yang lebih besar berfungsi sebagai hub untuk belasan kantor spoke kecil yang terletak di daerah pedesaan dan kota-kota di seluruh dunia. Metode bersangkutan memungkinkan karyawan untuk tinggal di kampung halaman mereka dan berkontribusi pada komunitas lokalnya sambil bekerja untuk perusahaan teknologi terkemuka yang diakui secara global.
Khusus kantor Zoho di Indonesia yang terletak di Cibubur, sekarang terdapat tiga belas karyawan yang bisa dibilang berfokus pada kegiatan yang customer facing. Namun, Zoho tidak menutup kemungkinan ke depannya untuk memperluas peran dari kantornya itu, misalnya dengan menambah penelitian dan pengembangan. Begitu juga dengan menambah jumlah kantor Zoho di Indonesia dengan membuka kantor-kantor di tempat lain. Adapun perihal data center, Zoho memastikan saat ini belum terdapat data center Zoho di Indonesia. Data center Zoho sendiri antara lain ada di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia dengan pusatnya di Amerika Serikat.
“Kenapa kok milihnya Cibubur, kenapa bukan Sudirman, kenapa bukan Thamrin yang ‘lebih strategic location’ gitu kan? Jadi, sebenarnya pemilihan office di Cibubur itu lebih dari implementasi kita namanya Transnational Localism. Apa maksudnya? Jadi kita tidak ingin Zoho itu berada di kawasan yang memang sudah secara ekonomi itu sudah kuat. Jadi kita ingin megarah ke tempat yang kita bisa mendukung ekonomi di sana itu supaya bisa bertumbuh. Selain itu, kita juga berharap dengan ada office kita yang di Cibubur ini, tim yang kita juga berada, tinggal di sana sekitaran Bogor, kemudian Bekasi, tim kita banyak banyak yang berada di sana, untuk mereka itu gak terlalu banyak spend time, di travel time mereka, untuk datang ke office,” jelas Handito Saroso (Country Head, Zoho Indonesia). “Jadi bagus untuk employee kita dan juga untuk community sekitarnya,” lanjutnya.
Sudah banyak yang menggunakan tawaran-tawaran Zoho di Indonesia sebelum hadirnya kantor Zoho di tanah air, Zoho mengatakan salah satu negara dengan pertumbuhan tertinggi yang dialami Zoho di Asia Pasifik adalah Indonesia. Terdapat delapan aplikasi Zoho yang menjadi aplikasi teratasnya di tanah air, yakni Zoho CRM, Zoho Workplace, Zoho Books, Zoho Desk, Zoho Sign, Zoho Creator, Zoho Forms, dan Zoho One. Dua yang tertinggi adalah Zoho CRM dan Zoho Marketplace. Zoho CRM mengalamai pertumbuhan dalam pendaptan sebesar 45% pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan Zoho Workplace sebesar 38%.
Adapun untuk pendapatannya di Indonesia, Zoho tidak membagikan nilainnya. Namun, secara global, pada tahun 2022, Zoho mengeklaim memiliki pendapatan sebesar US$1 miliar. Samapai saat ini, juga secara global, Zoho mengeklaim telah melayani lebih dari lima ratus ribu pelanggan yang berbayar dan memiliki lebih dari dua belas ribu karyawan dengan lebih dari 26 kantor dan 33 spoke office. Sementara, untuk jumlah penggunanya, Zoho mengatakan memiliki jumlah pengguna yang melebihi 80 juta.