Saat ini banyak ketakutan kehadiran ArtificiaI Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bakal menggantikan peran dan pekerjaan manusia di masa depan. Hal itu dikarenakan AI jauh lebih canggih, efisiensi dan jauh lebih murah dibanding tenaga manusia.
Direktur Jendral Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan teknologi AI tidak akan bisa menggantikan posisi manusia.
"Seperti yang dikatakan pepatah bukan gun tapi man behind the gun-nya. Untuk itu maka pengembangannya perlu etik. Karena yang buatnya juga tetap manusia kan," kata Semuel di Jakarta.
Semuel melihat banyak sisi positif dari kehadiran AI karena dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas manusia. Misal, ia pun membaca naskah konferensi pers ke hadapan media yang dibuat oleh AI. Meskipun, ada beberapa bagian naskah yang diubah.
"Semakin kita lengkap memberikan instruksinya, semakin bagus hasilnya. Tapi pasti ada di edit-edit dulu karena kan namanya Machine Learning agar bagus memang harus dilatih-latih terus," ujarnya.
Pemerintah melihat secara positif setiap pengembangan inovasi teknologi selama pengembangannya tetap berpusat pada manusia.
"Pemerintah melihat pembangunan apapun itu, yang namanya teknologi harus human centric," ujar Semuel.
Dengan pengembangan teknologi yang berpusat pada manusia maka nantinya kecerdasan buatan dapat dengan tepat sasaran menjadi solusi bagi banyak pihak.
Adaptasi
Sundar Pichai (CEO Google)
Goldman Sachs memperkirakan ada 18 persen pekerjaan di seluruh dunia pada akhirnya akan digantikan teknologi AI.
Apalagi, saat ini ChatGPT paling banyak digunakan untuk mendukung para pekerja di berbagai industri, membantu mereka menyelesaikan tugas-tugas yang masih membutuhkan penilaian manusia.
"Saat ini, kecerdasan buatan harus dilihat sebagai alat untuk mendukung pekerja dan bukan sebagai pengganti peran mereka. Tentu saja, model bahasa prediktif dapat digunakan untuk mengotomatisasi tugas-tugas, sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi pekerja untuk fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran yang lebih tinggi," kata wakil presiden senior Andrew Challenger dalam sebuah pernyataan.
CEO Google Sundar Pichai menyampaikan keprihatinannya bahwa banyak manusia yang menjadi korban PHK oleh AI. Namun, ia juga menyoroti sisi positif platform AI seperti Bard dari Google dan ChatGPT.
Pichai pun menegaskan manusia harus bisa beradaptasi dengan inovasi teknologi apa pun karena teknologi terus berkembang dan memang tujuan teknologi adalah memudahkan pekerjaan manusia dan meningkatkan keuntungan industri.
"Saya pikir manusia harus beradaptasi melihat fenomena terobosan AI. Dan kita semua mungkin perlu melakukan koreksi di area tertentu," kata Pichai seperti dikutip India Today.
Pichai menunjukkan sisi positif dari AI misalnya untuk membuat pekerjaan programmer menjadi lebih mudah.
"Saya pikir buat software engineer, ada dua hal. Salah satunya adalah beberapa pekerjaan kasar yang Anda lakukan sebagai bagian dari pemrograman akan menjadi lebih baik. Mungkin akan lebih menyenangkan. Jadi, jika Anda seorang pemrogram, seiring waktu menurut saya, akan membuatnya lebih mudah," paparnya.
Pichai juga percaya bahwa karena AI semacam ChatGPT dan Bard, pemrograman akan menjadi lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang. Ini akan memungkinkan pengguna untuk membuat hal-hal baru.