Pada AWS re:Invent 2022 yang lalu, seperti yang dituliskan di sini, AWS (Amazon Web Services) menyebutkan bahwa dalam menghadapi ketidakpastian organisasi sebaiknya meningkatkan penggunaan cloud dan bukan menguranginya. Pasalnya, cloud diklaim menawarkan fleksibilitas lebih baik, termasuk perihal biaya dan inovasi, dari on-premises. Sebagai penyedia layanan cloud terdepan dengan lini produk/layanan yang terluas dan terdalam, AWS menegaskan bisa membantu organisasi sehubungan biaya dan inovasi tersebut.
Sejalan dengan itu, awal bulan lalu, AWS secara daring mengedepankan hal serupa bagi para UKM (usaha kecil dan menengah) di Indonesia. AWS bisa membantu UKM di tanah air beroleh manfaat bisnis via penghematan biaya dan inovasi; penghematan biaya dan inovasi yang dimungkinkan cloud — AWS. Selain itu, AWS juga meluncurkan AWS Lift di Indonesia. AWS Lift diklaim makin memudahkan UKM untuk menggunakan layanan cloud dari AWS. Melalui program AWS Lift, UKM bisa menikmati layanan AWS tanpa perlu “mengkhawatirkan” masalah biaya. Dengan kata lain, AWS Lift membuat AWS makin bisa membantu UKM di tanah air.
“Sekarang kita lihat ya, makroekonomi tren di lima tahun terakhir ya, di mana unpredictable; strong growth lalu COVID lalu sekarang kita masuk di era di mana ada uncertainty karena ada kondisi di Eropa dan segala macamnya gitu ya. Namanya me-manage cost itu menjadi prioritas yang sangat penting gitu ya. Kalau SMBs di Indonesia itu bisa memanfaatkan cloud technology gitu, pertama tidak perlu lagi ada investasi besar-besaran capex dalam rangka memenuhi server, nyewa, nyewa data center gitu ya, tidak perlu lagi, karena tinggal bisa langsung mengakses cloud internet ke AWS dan kemudian membayar sesuai dengan apa yang dipakai,” kata Anthony Amni (Head of Emerging Enterprise & SMB, Indonesia, AWS).
“Yang kedua yang gak kalah penting itu adalah adalah inovasi gitu ya. Bahwa di cloud platform seperti AWS, kami itu selalu berinovasi on behalf our customer. Sekarang di atas platform kami itu sudah ada lebih dari dua ratus produk atau layanan gitu ya dan kami terus berinovasi. Di tahun 2021 alone gitu ya, kami merilis lebih dari tiga ribu features gitu,” sebut Anthony Amni lebih lanjut.
UKM yang merupakan bagian dari UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) memang merupakan bagian besar dari perekonomian di tanah air. Menurut rilis dari Kemneterian Koordiantor Bidang Perekonomian Republik Indonesia, UMKM berkontribusi terhadap PDB (produk domestik bruto) Indonesia sebesar 60,5%. Tak hanya itu, UMKM yang dimaksud juga berkontribusi sebanyak 96,9% dari total penyerapan tenaga kerja nasional.
Pentingnya UKM untuk bertransformasi digital tercermin dari proyeksi ekonomi digital Indonesia menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang dari Rp789 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp4.067 triliun pada tahun 2029. Lagi pula, bila tidak melakukan transformasi digital atau setidaknya digitalisasi, suatu bisnis tak jarang akan lebih sulit untuk bersaing. Pandemi COVID-19 menjadi salah satu contoh nyata dari hal tersebut. Cloud sendiri merupakan salah satu teknologi digital yang lazim digunakan pada transformasi digital maupun digitaliasasi.
Seperti telah disebutkan, AWS menawarkan lini produk/layanan yang terluas dan terdalam plus AWS Lift. AWS mengeklaim sebagai penyedia layanan cloud terbaik untuk para UKM di tanah air. Lini produk/layanan yang luas dan dalam membolehkan UKM untuk memilih produk/layanan yang paling tepat untuknya. Sementara, AWS Lift bisa membantu UKM dari sisi biaya. AWS menyebutkan AWS Lift antara lain membolehkan UKM untuk mencoba layanan-layanan AWS hanya dengan US$1 plus AWS pun menyediakan sampai US$83.500 dalam rupa kredit AWS yang bisa mengurangi biaya yang harus dibayarkan.
Khusus untuk yang kredit AWS, secara lebih detail AWS menyebutkan bahwa untuk US$1 pertama yang ditagihkan atas layanan AWS yang digunakan, peserta program yang terpilih akan mendapatkan kredit AWS senilai US$750 (±Rp11,1 juta) dalam akunnya. Setiap peningkatan penggunaan layanan akan mendapatkan imbalan berupa kredit AWS dengan nilai sampai US$83.500 (±Rp1,2 miliar) selama 12 bulan.
Vmedis dan Arya Noble
Tak sekadar klaim AWS, dua organisasi di Indonesia yang telah menggunakan AWS pun mengatakan AWS telah membantu mereka sehubungan biaya dan inovasi. Keduanya adalah Vmedis dan Arya Noble. Keduanya adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan kesehatan.
Vmedis merupakan perusahaan peranti lunak yang memudahkan operasi dan mendigitalkan bisnis-bisnis kesehatan di tanah air. Menggunakan peranti lunak Vmedis, bisnis-bisnis kesehatan seperti apotek, klinik, dan PBF (pedagang besar farmasi) antara lain dimudahkan untuk mendapatkan perhitungan dan laporan akan persediaan, keuangan, dan pasien.
Ada empat alasan yang dikedepankan Vmedis mengapa dirinya menggunakan AWS. Keempatnya adalah arsitektur microservice, AWS CloudWatch, Amazon DynamoDB, dan Amazon EventBridge. Arsitektur microservice karena Vmedis mudah membangun arsitektur microservice di AWS, AWS CloudWatch sebab memudahkan pemonitoran servis-servis yang digunakan Vmedis, Amazon DynamoDB karena memudahkan pengguna Vmedis untuk mendapatkan laporan real-time, dan Amazon EventBridge sebab memudahkan integrasi Vmedis dengan pihak-pihak lain seperti penyedia layanan kesehatan lain dan pengguna Vmedis.
Sementara, manfaat yang dirasakan, terdapat sejumlah manfaat yang dikemukakan Vmedis. Beberapa manfaat itu adalah lebih cepat dalam menghadirkan layanan ke pasar, lebih efisien, dan cyber security yang lebih baik. Lebih cepat dalam menghadirkan layanan ke pasar berarti bisa lebih cepat menghadirkan inovasi ke pasar, lebih efisien mencakup biaya yang lebih hemat, sedangkan cyber security yang lebih baik karena bisa berfokus pada cyber security dari aplikasi saja.
“Lalu kita lebih efisien dan seamless dalam melakukan upgrading atau changing the instance ya. Kita mau ganti apa, tadi Pak Anthony mention Graviton, kita dulu belum pakai Graviton, menjadi Graviton, itu juga kita seamless ya, minim downtime ya. Dan lebih efisien karena Graviton itu lebih murah,” ujar Ahmad Siddiq (CEO Vmedis) sembari menambahkan menggunakan compute instance yang ditenagai AWS Graviton menghemat biaya sekitar 40% dibandingkan menggunakan compute instance yang ditenagai prosesor x86.
Adapun Arya Noble, mengutip situsnya, adalah perusahaan induk strategis dan investasi yang berfokus pada usaha kesehatan dan usaha-usaha baru. Unit-unit bisnisnya yang populer adalah klinik ERHA dan ERHA Skincare, tetapi Arya Noble menegaskan memiliki bisnis kesehatan dan kecantikan kulit yang dari ujung ke ujung seperti halnya pemanufakturan dan distribusi.
Arya Noble mengeklaim sedang melakukan transformasi digital untuk menjadi perusahaan dengan ukuran lebih besar — perusahaan besar — sekaligus untuk menjadi suatu intelligent derma-beauty company terdepan. Arya Noble menambahkan intelligent derma-beauty company terdepan maksudnya adalah menjadi perusahaan yang berbasis teknologi dalam seluruh lini/bagiannya, mulai dari produksi, distribusi sampai pengalaman pengguna. Arya Noble menggunakan AWS sehubungan transformasi digital tersebut.
“Apa sih yang mau dicapai ya? Yang mau dicapai adalah, pasti adalah kita grow. Ya kita pengen grow from SMB to enterprise. Dan yang pastinya ketika, ketika kita grow bukan hanya grow secara financial, tapi kita mau bagaimana company kita menjadi a leading intelligent derma-beauty company,” sebut Yonathan Moniaga (CIO Arya Noble). “Ketika kita, kita move kita punya teknologi itu ke cloud, sebenarnya kita bukan sekedar, sekedar kayak beli server di cloud gitu ya, tapi satu hal yang mau saya sharing adalah kita ini bisa, punya suatu capability AI, machine learning, dan itu, data analytics. Nah, ini kita bisa dapat hanya kalau kita pindah ke cloud sih,” tambahnya.
Terdapat tiga manfaat menggunakan AWS yang dikemukakan Arya Noble, yakni bergeser dari yang berfokus pada infrastruktur ke berfokus pada inovasi bisnis, kelincahan lebih baik, serta scalability dan siap untuk masa depan. Bergeser dari yang berfokus pada infrastruktur ke berfokus pada inovasi bisnis maksudnya Arya Noble bisa mengalokasikan bujet TI alias biaya TI yang sebelumnya untuk infrastruktur seperti server on-premises ke talenta-talenta digital yang lebih mumpuni untuk inovasi bisnis. Kelincahan lebih baik merujuk pada aneka inisiatif Arya Noble yang bisa dilakukan secara lebih cepat dan masif. Sementara, scalability dan siap untuk masa depan maksudnya infrastruktur TI yang dipakai Arya Noble siap untuk menghadapi pertumbuhan bisnis nantinya.