Awal tahun ini, Microsoft memperkenalkan Microsoft 365 Copilot, yang akan menghadirkan kemampuan baru generative AI ke aplikasi yang digunakan jutaan orang setiap harinya, seperti Microsoft Word, Excel, PowerPoint, Outlook, Microsoft Teams, dan masih banyak lagi.
Pada awal Mei 2023, perusahaan juga mengumumkan akan memperluas akses ke versi pratinjau Microsoft 365 Copilot dan memperkenalkan fitur-fitur baru.
Beberapa hari lalu, Microsoft merilis data dan insights baru di Indonesia, berdasarkan laporan Work Trend Index 2023: “Will AI Fix Work?”
Work Trend Index 2023 melakukan survei kepada 31.000 orang dari berbagai industri di 31 negara, termasuk Indonesia; triliunan sinyal dari email, meeting, dan chat di Microsoft 365; serta tren tenaga kerja di LinkedIn.
Data menunjukkan bahwa kecepatan kerja telah meningkat lebih cepat dari apa yang dapat diimbangi manusia, dan situasi ini memengaruhi inovasi. Namun, AI generasi berikutnya akan mengangkat beban pekerjaan.
Organisasi yang mengambil langkah awal dalam pemanfaatan AI pun akan memutus siklus ini — meningkatkan kreativitas dan produktivitas untuk semua orang.
“AI generasi baru ini akan memungkinkan kita untuk berfokus pada pekerjaan yang memerlukan kreativitas, sehingga mampu melahirkan semakin banyak inovasi,” ujar Lucky Gani, Direktur Marketing dan Operasional Microsoft Indonesia.
“Hal ini membawa optimisme dan peluang besar bagi setiap individu serta organisasi dalam mendefinisikan kembali cara kerja. Suatu cara kerja yang dapat meningkatkan produktivitas, serta memberikan kita lebih banyak waktu untuk membangun kembali interaksi dan kedekatan dengan lingkungan di sekitar kita,” sambung Lucky.
Laporan Work Trend Index 2023 membagikan tiga insights utama bagi para pemimpin bisnis yang tengah berupaya memahami dan mengadopsi AI secara bertanggung jawab di organisasi masing-masing:
1. Hutang digital (digital debt) membuat kita kehilangan inovasi
Kita semua memiliki digital debt: volume data, email, dan chat telah melampaui kemampuan kita untuk memproses semua hal tersebut.
Setiap menit yang dihabiskan untuk mengelola digital debt ini adalah menit yang tidak dihabiskan untuk pekerjaan kreatif.
Di Indonesia, 76% karyawan mengatakan mereka tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan mereka (12% lebih tinggi dari data global yang ada di angka 64%).