Bagi kegiatan ritel, hal ini berarti mereka dapat mengalokasikan tenaga kerja mereka dengan lebih baik dan menghindari kerugian.
Perusahaan sekarang dapat menggunakan prakiraan permintaan otomatis yang digerakkan oleh teknologi AI untuk mengurangi biaya operasional sambil tetap memberikan harga yang kompetitif kepada pelanggan.
Perusahaan juga dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam hal pengelolaan inventaris dan aspek bisnis penting lainnya dari kegiatan operasional mereka.
2. Membantu efisiensi pengelolaan inventaris omnichannel
Meskipun peritel diperkirakan akan mengalami peningkatan foot traffic, kanal daring akan terus menjadi lazim karena kemudahan/kenyamanan penggunaan dan penghematan yang mereka tawarkan melalui promosi digital.
Menurut laporan oleh Meta dan Bain & Company pada tahun 2022, Indonesia memiliki mayoritas konsumen digital di Asia Tenggara di mana saat ini terdapat sebanyak 168 juta orang.
Selain itu, Indonesia juga diperkirakan akan terus meningkatkan nilai barang dagangannya (gross merchandise value/GMV) sebesar 17% pada tahun 2027.
Dengan meningkatnya permintaan untuk omnichannel, peritel harus fokus untuk menghilangkan silo di dalam bisnis mereka dan mulai mengelolanya sebagai satu kesatuan yang utuh.
Transformasi ini merupakan tugas berat yang membutuhkan pelaporan real-time yang akurat untuk mengelola ekspektasi pelanggan secara memadai, sehingga penting bagi merek ritel untuk mengintegrasikan solusi yang didukung oleh teknologi AI.
Alat bantu yang tepat memastikan pemenuhan pesanan online dari toko, backorder pelanggan, dan pesanan online diperhitungkan dengan benar dalam peramalan dan perencanaan inventaris, bahkan ketika produk dialihkan dari satu pusat pemenuhan ke pusat pemenuhan lainnya.
3. Memunculkan pengalaman pelanggan yang lebih baik
Jika peritel sampai kehabisan stok, mereka dapat kehilangan penjualan hingga pelanggan. Efisiensi operasi pengisian ulang peritel sangat penting untuk menjaga kepuasan pelanggan dan profitabilitas bisnis.