Find Us On Social Media :

Adopsi Teknologi AI, Sektor Jasa Keuangan Sebaiknya Mulai dari Sini

By Liana Threestayanti, Jumat, 15 September 2023 | 18:54 WIB

Manfaat AI bagi bisnis adalah sebuah keniscayaan. Ini aktivitas operasional di sektor keuangan yang sebaiknya segera ditopang kecerdasan buatan. (Foto: Poltak Hotradero, Business Development Manager, Bursa Efek Indonesia/BEI)

Manfaat teknologi artificial intelligence (AI) bagi bisnis adalah sebuah keniscayaan. Sektor jasa keuangan pun bukan pengecualian. Ini aktivitas operasional di sektor keuangan yang sebaiknya segera ditopang kecerdasan buatan.

Hasil survei yang digelar IBM pada tahun 2022 menunjukkan, 35% perusahaan telah menggunakan artificial intelligence. Sementara 42% lainnya sedang dalam tahap menjajaki implementasi AI.

“Data-data memang menunjukkan, kita saat ini berada di tipping point, atau titik di mana sebuah tren akan melejit,” ucap Wisnu Nugroho, Managing Editor, InfoKomputer di acara InfoKomputer Tech Gathering bertajuk "Pentingnya Modernisasi Aplikasi untuk Bersaing di Era Artificial Intelligence yang berlangsung kemarin (14/9) di Jakarta.

Lebih spesifik lagi, yaitu di industri finansial, angka-angkanya tak jauh berbeda. Survei NVidia menyebut, 58% petinggi perusahaan finansial meyakini AI itu penting bagi kesuksesan organisasi mereka di masa depan. “Mengapa? Sebanyak 68% menyebut AI dapat meningkatkan customer experience, 35% menyebut peningkatan efisiensi operasional, dan 20% menyebut menurunkan TCO,” jelas Wisnu. 

Tak hanya mendatangkan manfaat bagi bisnis, AI juga berpotensi memberikan kontribusi terhadap perekonomian global. AI dapat menghasilkan tambahan output perekonomian global sebesar US$13 triliun pada tahun 2030, sehingga menghasilkan peningkatan keseluruhan produk domestik bruto (PDB) global sebesar 16%, menurut firma global McKinsey.

Manfaat AI di Sektor Jasa Keuangan

Khususnya di industri jasa keuangan, ada sejumlah manfaat yang dapat diraih melalui AI. Poltak Hotradero, Business Development Manager, Bursa Efek Indonesia (BEI), menjelaskan bahwa potensi cost saving dari penerapan AI di sektor perbankan bisa mencapai US$447 miliar, menurut laporan Insider Intelligence yang dirilis bulan Januari lalu.

“Di industri perbankan, potensi bisnis baru yang dapat tercipta mencapai US$200-300 miliar per tahun jika AI diimplementasikan secara penuh,” ujar Poltak mengutip data McKinsey. Penerapan AI di industri keuangan juga dapat meningkatkan pendapatan sebesar 34%, menurut laporan Gitnux yang dirilis September 2023. 

AI sendiri sebenarnya bukan sesuatu yang baru di sektor jasa keuangan. “Cukup lama, yaitu tahun 2009, ketika Bank DBS Singapura menanamkan modul IBM Watson di dalam aplikasi (perbankannya), sehingga aplikasi tersebut bisa menjadi personal consultant bagi nasabah,” cerita Poltak Hotradero. Namun “wajah” AI yang lebih nyata bagi pengguna baru tampil saat ChatGPT dirilis OpenAI pada November 2022 lalu. 

“ChatGPT ini punya kemampuan untuk menjawab soal ujian, yang melampaui manusia. Jadi, bayangkan, apa yang terjadi adalah, kalau begini caranya, di level perusahaan, daripada saya hire expert, saya akan pakai AI aja untuk memecahkan beberapa masalah. Ini kan sama seperti meng-hire juara kelas nih,” tandas Poltak di hadapan peserta seminar yang diselenggarakan InfoKomputer dan Red Hat Indonesia itu.

Mulai Terapkan AI di Sini

Bagaimana AI dapat dimanfaatkan oleh bisnis, khususnya di sektor jasa keuangan? Secara garis besar, Poltak Hotradero menyebutkan enam aktivitas operasional di sektor financial services di mana AI dapat diterapkan: pendeteksian dan pencegahan fraud; penilaian dan manajemen risiko umum; manajemen portofolio; analisis keuangan dan forecasting; personalized customer service; dan automasi tugas manual. 

Poltak secara khusus menyarankan untuk meng-infuse AI terlebih dulu di bidang manajemen risiko. “Mengapa? Karena risiko itu adalah sesuatu yang bisa men-justify investasi kita. Sektor keuangan sangat sensitif terhadap reputasi,” jelasnya.

Dalam aktivitas penilaian dan manajemen risiko ini, menurut Poltak, AI dapat dimanfaatkan dalam risk modeling tingkat tinggi, peningkatan akurasi dan kualitas analisis data kompleks, peningkatan kualitas dan risiko kredit, dan manajemen risiko operasional.

Disebut Potak Hotradero sebagai sebuah terobosan, kemampuan mendeteksi fraud dengan AI dapat diterapkan penyedia jasa keuangan dalam analisis data historis dan perilaku, serta pemantaan real time. 

“Kemudian ada manajemen portfolio. Jadi beberapa AI saat ini sudah dipakai untuk trading di beberapa bursa saham. Di Bursa Efek Indonesia sekitar 30-40% transaksi itu sebenarnya dihasilkan oleh mesin, itu  algoritma trading. Nah, kalau di Amerika malah sudah 90%,” jelasnya.

Di sisi lain, ia juga mengingatkan para pelaku sektor jasa keuangan agar mewaspadai risiko-risiko dari adopsi artificial intelligence. Selain risiko keamanan dan privasi data, penerapan AI di sektor keuangan pun berpotensi menghadirkan risiko bias dan diskriminasi; risiko pendekatan black box; kualitas data yang rendah; kemungkinan serangan baru berbasis AI; dampak terhadap SDM; dan risiko sistemik baru.

“Pemanfaatan AI di sektor keuangan sangat besar dan penting. Nah, tentu kalau AI mau masuk, baiknya dari mana nih? Masuknya dari manajemen risiko,” tegas Poltak Hotradero. Menurutnya, sisi inilah yang dapat menjadi justifikasi pemanfaatan AI karena dapat meningkatkan kualitas manajemen risiko di berbagai lini bisnis. 

Selain itu, AI juga dapat membantu para penyedia jasa keuangan untuk menghadirkan layanan dan bisnis baru yang berbasis data dan lebih terpersonalisasi.

Baca juga: Red Hat Bagikan Lima Cara Memanfaatkan AI Generatif untuk Bisnis

Baca juga: Kiat Membangun Strategi Pemasaran Global dengan Bantuan Teknologi AI