Find Us On Social Media :

Microsoft Buatkan Kacamata Canggih AR untuk Pasukan Militer AS

By Adam Rizal, Sabtu, 16 September 2023 | 09:30 WIB

Microsoft Buatkan Kacamata Canggih AR untuk Militer AS

Saat ini perusahaan teknologi raksasa seperti Meta dan Microsoft sedang mengembangkan teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) yang akan membantu pengguna dalam bekerja tak terkecuali kalangan militer.

Baru-baru ini Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) memesan kacamata AR Microsoft senilai USD125 juta untuk digunakan di medan perang.

Microsoft sendiri telah menandatangani banyak perjanjian bernilai miliaran dolar dengan Kementerian Pertahanan AS.

Headset itu juga mengadopsi teknologi Microsoft yaitu Integrated Visual Augmented System (IVAS) untuk meningkatkan kesadaran situasional kepada tentara dan memiliki sejumlah fitur untuk meningkatkan keselamatan serta efektivitas tentara dalam pertempuran.

Headset IVAS telah menjalani pengujian ekstensif oleh Angkatan Darat AS. Pada Agustus 2023, Angkatan Darat memberikan Microsoft kontrak senilai USD40 juta untuk meningkatkan desain headset dan mengatasi beberapa masalah yang dihadapi oleh tentara selama pengujian.

Perintah baru dari Angkatan Darat AS akan memungkinkan Microsoft untuk melanjutkan pengembangan headset IVAS dan membawanya lebih dekat ke penerapan. Angkatan Darat AS berencana untuk mulai mengirimkan headset IVAS kepada tentara pada tahun 2025.

Berikut adalah fitur-fitur IVAS seperti dikutip Gizmochina:

1. HUD yang dapat memproyeksikan informasi seperti peta, posisi musuh, dan pasukan kawan langsung ke bidang pandang prajurit.

2. Kamera pencitraan termal yang dapat digunakan untuk melihat dalam kondisi minim cahaya.

3. Pengukur jarak laser yang dapat digunakan untuk mengukur jarak ke target.

4. Sebuah sistem komunikasi yang memungkinkan tentara untuk tetap berhubungan satu sama lain dan dengan markas komando.

Propaganda China

Ilustrasi AI (Artificial Intelligence)

Para tenaga ahli dan analisis Microsoft mengungkapkan agen-agen intelijen China menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) generatif atau kecerdasan buatanuntuk menciptakan konten-konten viral di media sosial guna memecah-belah pemilih Amerika Serikat (AS).

"Kami meminta masyarakat tetap waspada terhadap ancaman digital yang semakin canggih dari China dan Korea Utara," kata Clint Watts (Manajer Umum dari Microsoft Threat Analysis Center).

Agen mata-mata China telah menyebarkan konten-konten foto berbasis AI untuk mengecoh pemilih AS dan memicu pertikaian di antara mereka. Microsoft juga mengungkapkan akun-akun media sosial yang berhubungan erat dengan Partai Komunis China mulai mengunggah gambar-gambar AI seperti poster yang terkait dengan gerakan Black Lives Matter.

Clint Watts mengatakan China telah memanfaatkan media visual yang dihasilkan AI dalam kampanye yang luas. "Propaganda China ini fokus pada isu-isu politik yang kontroversial, seperti kekerasan senjata, serta mencemarkan nama tokoh-tokoh dan simbol-simbol politik AS," ujarnya seperti dikutip Business Insider.

Microsoft juga memberikan contoh penggunaan gambar poster yang menggambarkan Patung Liberty yang memegang senapan serbu dengan teks "Dewi Kekerasan".

"Kami memperkirakan China akan terus mengembangkan teknologi ini seiring berjalannya waktu. Meskipun kita masih harus melihat bagaimana dan kapan China akan menerapkannya dalam skala besar," katanya.

Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington DC, Liu Pengyu, membantah tuduhan tersebut. Ia mengatakan bahwa beberapa media barat dan lembaga pemikir telah menuduh China menggunakan AI menciptakan media sosial palsu dalam upaya untuk campur tangan dalam politik AS.

"Tuduhan ini adalah prasangka dan spekulasi yang tidak benar serta bertentangan dengan pemerintah China," ujarnya.

Firma riset keamanan siber Mandiant juga mengungkapkan bahwa agen intelijen China juga membayar individu di Washington DC untuk melakukan protes terhadap larangan pemerintah AS terhadap produk-produk yang berasal dari wilayah Xinjiang.

"Video protes ini diperkuat melalui akun media sosial yang digunakan oleh para pelaku," ujarnya.

Pada 29 Agustus, perusahaan media sosial Meta juga memberikan peringatan terkait kampanye pengaruh China yang menyebarluaskan informasi palsu melalui lebih dari 7.700 akun Facebook, 950 halaman Facebook, 15 grup Facebook, dan 15 akun Instagram. Akhirnya, Meta menghapus semua akun-akun tersebut.

Baca Juga: Google Minta Pengiklan Politik Transparan Jika Kontennya Buatan AI

Baca Juga: Mozilla Sindir Microsoft Latih AI Pakai Data Pribadi Pengguna