Find Us On Social Media :

Automation, Kunci Sukses Kelola Aplikasi dan Infrastruktur Digital

By Wisnu Nugroho, Selasa, 3 Oktober 2023 | 14:21 WIB

Dengan automation, pengelolaan aplikasi dan infrastruktur digital menjadi akurat dan efisien

Automation technology belakangan ini menjadi teknologi yang populer digunakan di lingkungan bisnis. Studi McKinsey menemukan, 73% perusahaan di seluruh dunia telah memanfaatkan automation technology dalam membantu bisnisnya. 

Bukan tanpa sebab jika adopsi automation technology semakin tinggi. Menurut survei KRC Research, otomatisasi memberikan manfaat dari sisi peningkatan kualitas hasil pekerjaan sampai penurunan biaya operasional.

Jika dirunut, automation technology saat ini lebih banyak digunakan di area proses bisnis, seperti pada RPA (Robotic Process Automation). Namun otomatisasi sebenarnya juga bisa digunakan dalam mengelola aplikasi dan infrastruktur digital (seperti data center atau cloud). Dengan otomatisasi, perusahaan bisa menjaga service level infrastruktur digitalnya dengan tetap mengedepankan efisiensi biaya. 

Automation technology dalam mengelola infrastruktur digital inilah yang menjadi topik utama InfoKomputer Deep Dive yang berlangsung beberapa waktu lalu. Acara yang didukung IBM Indonesia dan Multipolar Technology ini membahas secara mendetail solusi otomatisasi untuk mengelola infrastruktur digital. Tujuannya agar performa dan efisiensi infrastruktur digital tetap optimal, terlebih ketika skala dan kompleksitasnya semakin tinggi.

IBM Instana: Menjaga Performa Aplikasi

Salah satu solusi otomatisasi yang dibahas di InfoKomputer Deep Dive ini adalah IBM Instana.  Secara prinsip, Instana adalah Application Performance Management yang berfungsi memonitor performa sebuah aplikasi secara keseluruhan. Proses monitoring dilakukan dari sisi front-end, middle-end, sampai back-end.

Jika IBM Instana mendeteksi adanya masalah, akan muncul indikator warna kuning atau merah dari komponen tersebut. Dengan begitu, tim operational bisa mengambil tindakan yang dibutuhkan,” ungkap Hansen Panjaitan (Senior Software Engineer and Consultant Multipolar Technology)

Dengan Instana, tim operasional akan mendapatkan visibilitas penuh atas hardware tempat aplikasi berjalan. Instana juga menampilkan metriks penting di dalam aplikasi, seperti kondisi Java Virtual Machine jika kita menggunakan aplikasi Java. 

Instana bahkan juga dapat memonitor interkoneksi antar komponen (seperti microservices) secara komprehensif. “Dan jika Instana mendeteksi adanya masalah, akan muncul indikator warna kuning atau merah dari komponen tersebut. Dengan begitu, tim operational bisa mengambil tindakan yang dibutuhkan,” ungkap Hansen Panjaitan (Senior Software Engineer and Consultant Multipolar Technology). 

Kemampuan otomatisasi IBM Instana pun terlihat dalam mendeteksi root cause atau sumber masalah. Dengan melakukan analisis semua log dari sisi hardware, aplikasi, dan interkoneksi, Instana dapat memberikan rekomendasi langkah yang perlu dilakukan. “Jadi tindakan yang dilakukan bisa lebih akurat karena berbasis data,” ujar Hansen.

IBM Turbonomic: Mengoptimalkan Kebutuhan Resources

Faktor penting lain dalam pengelolaan infrastruktur digital adalah memastikan kapasitas resources (seperti server, memory, dan storage) yang optimal. Artinya, kapasitas tidak boleh terlalu kecil yang membuat aplikasi menjadi lambat, namun juga tidak bisa berlebih yang membuat biaya meninggi.

Dalam konteks manajemen resources ini, IBM memiliki solusi yang disebut Turbonomic. Solusi ini berfungsi mengelola resources sehingga setiap aplikasi atau workload mendapatkan porsi yang ideal. Turbonomic bisa digunakan untuk workload dalam bentuk kontainer, virtualization layer, serta layer di bawahnya. Turbonomic pun dapat digunakan untuk mengelola resources di berbagai environment, apakah di on-premise, public cloud, maupun multi-cloud.

“Yang dilakukan Turbonomic awalnya adalah mengumpulkan data dari semua titik, mulai dari aplikasi, containerization platform, sampai cloud,” ungkap Hansen. Turbonomic bahkan juga memonitor discount rate dari penyedia cloud sebagai bahan pertimbangan. Dari data yang terkumpul, Turbonomic pun dapat merekomendasikan resources yang tepat dari masing-masing aplikasi.

Dari rekomendasi yang diberikan Turbonomic, tim operasional pun tinggal melakukan analisis. Jika dirasa sudah tepat, rekomendasi itu pun bisa langsung dieksekusi. Bahkan jika sudah percaya akan rekomendasi Turbonomic, tim operasional bisa memerintahkan Turbonomic untuk melakukan resizing secara otomatis. “Biasanya awalnya semi otomatis, baru kemudian fully automatic,” tambah Hansen. Proses analisis dan rekomendasi Turbonomic ini sendiri terjadi secara terus-menerus, sehingga penggunaan resources menjadi optimal

Selain meningkatkan efisiensi, Turbonomic juga memiliki fitur untuk membantu perusahaan yang ingin memindahkan infrastrukturnya dari on-premise ke cloud. “Jadi di Turbonomic ada fitur cloud migration planning yang secara otomatis akan mengidentifikasi compute cloud yang tepat, subscribe di layanan apa saja, dan semacamnya,” ujar Hansen menjelaskan.

IBM API Connect: Pengelolaan End-to-End

Salah satu komponen penting di dunia digital saat ini adalah API (Application Programming Interface). Dengan API, sebuah aplikasi lebih mudah terhubung dengan aplikasi lain sehingga bisa berbagi fungsi dan data. 

Teknologi API juga membuka kesempatan bagi perusahaan untuk terhubung ke ekosistem digital. Dengan membuka API ke pihak ketiga, perusahaan bisa mendapatkan manfaat yang beragam, mulai dari meningkatkan layanan sampai mendapatkan model bisnis baru.

Karena perannya yang semakin krusial, API pun harus dikelola secara baik dan benar. Hal inilah yang disediakan IBM API Connect, sebuah solusi yang membantu perusahaan mengelola API secara end-to-end. “IBM API Connect pada dasarnya memiliki empat key capability, yaitu create and test, manage, secure, dan socialize,” ungkap Andri Darmansyah (Section Head Cloud Integration Platform Service and Enterprise Business Multipolar Technology).

Pada area create, IBM API Connect memudahkan kita membuat API dengan berbagai format, seperti REST, JSON, SOAP, dan juga GraphQL. “Setelah itu kita bisa melakukan otomatisasi untuk generate test, sehingga tidak membutuhkan tools [testing] lain,” ujar Andri. Jika proses tes memuaskan, kita bisa melakukan proses API versioning untuk menghentikan API versi sebelumnya. “Jadi tidak ada downtime saat memperbarui API,” tambah Andri.

“IBM API Connect pada dasarnya memiliki empat key capability, yaitu create and test, manage, secure, dan socialize,” Andri Darmansyah (Section Head Cloud Integration Platform Service and Enterprise Business Multipolar Technology)

Sedangkan di area manage, IBM API Connect bisa mendata aspek penting dari kinerja API, seperti jumlah API Call, jumlah traffic, dan latency yang terjadi. Lalu di sisi security, API Connect juga digunakan untuk mengelola berbagai jenis autentifikasi, mulai dari basic authentication, Oauth2, dan API key. 

Pendek kata, IBM API Connect adalah solusi komprehensif dalam mengelola API lifecycle. Manfaatnya pun banyak, mulai dari meningkatkan keamanan, kecepatan, serta efisiensi. Kelebihan ini pun sudah diakui industri. “Hal ini tercermin dari Gartner Magic Quadrant yang menempatkan IBM API Connect di posisi leader,” ungkap Andri.

Kesimpulan

Aplikasi IBM Instana, Turbonomic, dan API Connect adalah sedikit contoh bagaimana automation technology bisa dimanfaatkan untuk mengelola aplikasi dan infrastruktur digital. Berbagai manfaat pun dapat diraih, seperti membuat service level selalu terjaga dan meningkatkan customer experience. Operasional perusahaan pun semakin efisien, karena berbagai tugas manual yang menyita waktu dan SDM bisa dilakukan secara otomatis.

Jadi bisa disimpulkan, automation technology adalah solusi yang harus dimiliki setiap organisasi untuk menjawab kebutuhan aplikasi dan infrastruktur digital yang semakin kompleks.