Daur ulang dan manajemen sampah, serta krisis/kenaikan biaya energi juga menjadi perhatian para pemimpin perusahaan.
Hanya saja isu perubahan iklim belum menjadi prioritas pemimpin perusahaan di Indonesia. Faktanuya, baru 41% yang menyatakan siap berkomitmen pada aksi iklim.
Lebih dari 2/3 (60%) responden Indonesia meyakini bahwa swasta dan pemerintah memiliki peranan yang seimbang dalam mendorong upaya sustainability.
Sebagian kecil lainnya percaya bahwa lembaga penelitian/pendidikan juga dapat berperan dalam pengembangan sustainability di Indonesia.
Dekarbonisasi Waste Management Audit menjadi metode paling umum digunakan untuk mengukur emisi karbon/gas rumah kaca di Indonesia, disusul oleh adopsi Carbon Footprinting berdasarkan Greenhouse Gas Protocol.
Sebagian besar responden Indonesia mengatakan adopsi sumber energi terbarukan dan efisiensi energi merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi perusahaan, namun penerapannya masih terkendala oleh belum siapnya infrastruktur & stabilitas pasokan sumber energi terbarukan di Indonesia, keterbatasan finansial dan kesiapan rantai suplai.
“Sebagai bagian dari ekosistem rantai suplai bagi banyak sektor industri, Schneider Electric berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi sustainability. Tidak hanya melalui solusi dan teknologi, namun juga melalui inisiatif Green Heroes for Life, di mana kami menggandeng sebanyak-banyaknya mitra swasta, dan publik untuk membangun ekosistem pendukung yang bertujuan mempermudah dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur. Inisiatif ini merupakan upaya nyata Schneider Electric menjalankan komitmennya sebagai impact company,” pungkas Rossi.
Baca Juga: Schneider Electric: Ada 3 Langkah untuk Ciptakan Talenta Data Center
Baca Juga: Schneider Electric Sediakan Panduan Desain Data Center untuk Dukung AI