Find Us On Social Media :

Survei Akamai: Bisnis di APJ Tidak Siap Menangkal Ancaman Siber

By Liana Threestayanti, Rabu, 1 November 2023 | 16:28 WIB

Bisnis di kawasan APJ belum siap menerapkan teknologi perlindungan khusus sehingga mereka pun kesulitan menangkal serangan siber.

Bisnis di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) belum siap menerapkan teknologi perlindungan khusus sehingga mereka pun kesulitan menangkal serangan siber, khususnya skrip berbahaya dan pengambilalihan akun, berdasarkan laporan terbaru Akamai Technologies, Inc. (Akamai).

“Serangan bot berbahaya, skrip, dan pengambilalihan akun (Account Takeover/ATO) dapat menembus perlindungan. Ini juga akan terus menimbulkan masalah yang lebih besar bagi bisnis,” jelas Reuben Koh, Director of Security Technology & Strategy, Akamai.

Sebagai jalan keluarnya, Reuben menganjurkan penerapan pertahanan khusus dari pihak ketiga. Laporan yang berjudul “From Bad Bots to Malicious Scripts: The Effectiveness of Specialized Defenses,”menyoroti jawaban para tenaga profesional di bidang TI dan keamanan bahwa solusi pihak ketiga khusus sudah lazim serta efektif untuk menghalau ancaman online.  

Inilah beberapa temuan penting dari laporan Akamai:

1. Pengambilalihan Akun (ATO)

Laporan menunjukkan bahwa serangan ATO cukup tinggi di wilayah APJ, dengan hampir tiga perempat bisnis melaporkan pernah menjadi korban dalam 12 bulan terakhir. Namun, tingkat penerapan solusi perlindungan ATO di wilayah ini hanya sekitar 60 persen, jauh di bawah rata-rata global sebesar 83 persen.

Secara global, perusahaan pengguna solusi pertahanan khusus untuk ATO melaporkan adanyapeningkatan signifikan dan keuntungan dalam hal kemampuan mendeteksi aktivitas penipuan atau mencurigakan (44 persen); visibilitas terhadap indikator yang membahayakan akun (41 persen); kemampuan mendeteksi login penipuan atau mencurigakan (39 persen)

2. Perlindungan terhadap skrip

Sekitar dua pertiga bisnis di APJ menggunakan solusi perlindungan khusus terhadap skrip, yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 85 persen. Lebih dari tiga perempat bisnis di wilayah ini pernah menjadi target skrip berbahaya dalam setahun terakhir.

Secara global, 71 persen pengguna solusi pihak ketiga mengalami penurunan signifikan dalam penyalahgunaan perilaku skrip, sedangkan 24 persen pengguna lainnya mengalami penurunan sedang. 

Pengguna yang mengalami peningkatan signifikan melaporkan tiga keuntungan, yaitu kemampuan mendeteksi bahaya pada skrip pihak pertama dan ketiga (38 persen); kemampuan memprioritaskan kejadian yang harus diselidiki (38 persen); dan kemampuan untuk mematuhi persyaratan kepatuhan (38 persen)

3. Bot berbahaya 

Sekitar 64 persen bisnis di APJ melaporkan serangan bot dalam 12 bulan terakhir, sedangkan secara global hampir semua bisnis melaporkan peningkatan upaya dalam memerangi bot.

Lebih dari separuh (54 persen) pengguna menyatakan kemampuannya dalam keamanan siber meningkat drastis sejak menerapkan solusi pihak ketiga. Pengguna yang mengalami peningkatan signifikan melaporkan tiga kemampuan dan keuntungan, yaitu kemampuan menangani kejadian populer dan lonjakan trafik (47 persen); peningkatan efektivitas pemasaran (42 persen); dan kemampuan menyeimbangkan kontrol keamanan dengan optimalisasi performa (41 persen)

 4. Pembajakan audiens

Hampir semua organisasi di APJ (92 persen) menyadari tentang pembajakan audiens, yang dapat menyebabkan peritel online kehilangan pendapatan.

Secara global, bisnis yang pernah mengalami pembajakan audiens melaporkan dua dampak yang paling sering mereka alami, yaitu peningkatan pengabaian keranjang belanja (43 persen) dan peningkatan penipuan afiliasi (41 persen).

Hasil laporan ini menegaskan perlunya bisnis di APJ meningkatkan pemahaman tentang risiko serangan siber dan menerapkan solusi perlindungan khusus guna menghadapi ancaman yang semakin kompleks di era digital. 

Baca juga: Palo Alto Networks Beberkan Peran AI dalam Keamanan Siber UKM

Baca juga: Ingram Micro: Keamanan Siber Mutlak Dibutuhkan untuk Kelangsungan Bisnis