Jaringan 5G secara resmi hadir di Indonesia sejak Mei 2021. Jaringan ini sangat dinanti-nanti utamanya oleh penyedia teknologi dan pelaku bisnis karena diyakini memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan jaringan 3G dan 4G dalam mengakselerasi transformasi digital dan otomasi, mendukung industri memaksimalkan potensi penuh dari industri 4.0.
Dua tahun berlalu, bagaimana perkembangan jaringan 5G hingga saat ini? Banyak kalangan menilai pencapaian implementasi jaringan 5G di Indonesia masih terbilang lambat karena masih terpusat pada kota-kota besar saja.
Mengutip informasi yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Juli 2023, layanan 5G di Indonesia saat ini tersedia di wilayah Jabodetabek, Medan, Solo, Bandung, Surabaya, Makassar, Batam, Denpasar, dan Balikpapan
Namun begitu upaya untuk memperluas jangkauan 5G ini tetap menjadi prioritas, dan titik perluasannya pun diskalakan berdasarkan kebutuhan.
Kemenkominfo sendiri memiliki target pengembangan jaringan 5G untuk mendukung pembangunan kota cerdas atau smart city, melalui “Gerakan Menuju Smart City” dengan target 150 kabupaten dan kota terafiliasi untuk penerapan smart city ini.
“Berbicara mengenai konsep smart city, maka pondasi utama dan sangat krusial adalah memastikan stabilitas dan keandalan dari koneksi internet dan suplai listrik. Tanpa jaringan internet dan listrik yang andal dan tanpa gangguan maka akan sulit untuk mewujudkan konsep smart city yang canggih dan modern,” kata Surya Fitri, Business Vice President Power System, Schneider Electric Indonesia.
“Jaringan 5G memiliki kecepatan unduh dan unggah yang jauh berkali-kali lipat dari 4G, dengan latensi yang lebih rendah dan memiliki bandwith yang lebih tinggi sehingga memungkinkan berbagai perangkat pintar bekerja secara maksimal. Termasuk dalam hal ini mendukung transformasi jaringan listrik pintar (smart grid), yang kini semakin menjadi tuntutan untuk meningkatkan performa jaringan listrik yang semakin terdistribusi dan diversifikasi sumber energi yang membutuhkan visibilitas lebih dan kendali penuh dalam pengelolaannya,” ujarnya lagi.
Schneider Electric meyakini pemanfaatan jaringan 5G dalam pengoperasian jaringan listrik pintar (smart grid) dapat memberikan dampak signifikan untuk keberlanjutan, ketangguhan, efisiensi dan keamanan jaringan listrik dalam mendukung kebutuhan smart city.
Lebih lanjut, setidaknya ada enam alasan mengapa jaringan 5G penting dalam mendukung smart grid, yaitu:
1. Pemantauan dan kontrol secara real time
5G memungkinkan latensi yang sangat rendah dan bandwidth yang tinggi, sehingga menyediakan visibilitas yang lebih baik terhadap performa jaringan listrik secara real-time.
Visibilitas mengoptimalkan pengelolaan distribusi listrik, mendeteksi adanya kesalahan/gangguan, dan dengan cepat merespons keadaan darurat.
Kontrol daya menjadi lebih tepat karena perangkat dan sensor jaringan pintar berkomunikasi dengan sistem kontrol pusat secara real-time, memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik dan memastikan jaringan yang lebih tangguh dan efisien.
Dengan demikian stabilitas jaringan listrik terjaga, meminimalkan frekuensi dan durasi pemadaman listrik.
2. Otomasi jaringan dan kemampuan perbaikan secara mandiri
Dengan sistem otomasi canggih, 5G memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap gangguan, kesalahan, atau pemadaman jaringan melalui mekanisme perbaikan secara mandiri.
Sakelar, sensor, dan peralatan jaringan lainnya secara otomatis mendeteksi dan mengisolasi masalah, mengalihkan daya, dan memulihkan layanan, sehingga meminimalkan waktu henti dan meningkatkan keandalan jaringan secara keseluruhan.
3. Peningkatan keamanan dan keselamatan pekerja
Jaringan 5G berkecepatan tinggi dapat menangkap dan mentransfer data dengan lebih cepat yang memungkinkan informasi dikumpulkan secara real-time untuk membuat model 3D terperinci yang memungkinkan staff maintenance menavigasi situasi yang berpotensi berbahaya.
Staff maintenance juga dapat dilacak dan dipantau secara real-time dan dengan cepat diperingatkan tentang bahaya yang akan terjadi.
4. Pemeliharaan Prediktif
Konsep pemeliharaan prediktif didasarkan pada kemampuan untuk mendiagnosis dan memperbaiki masalah sebelum masalah tersebut mengakibatkan waktu henti yang tidak terduga.
Untuk membuat jaringan listrik lebih tangguh, perusahaan listrik harus mengambil Langkah-Langkah untuk memungkinkan dan memfasilitasi praktik pemeliharaan prediktif.
Langkah-langkah ini termasuk menyebarkan sensor dan perangkat IoT di seluruh jaringan, menetapkan parameter dengan penggunaan software, dan menganalisis data kinerja dengan algoritme AI untuk memprediksi potensi terjadinya kegagalan secara akurat.
Komunikasi dengan jaringan 5G membantu mempercepat proses ini sehingga gangguan dan waktu henti / kegagalan yang merugikan dapat diminimalkan, dan umur peralatan dapat ditingkatkan.
5. Layanan konsumen yang lebih baik
Pengukur dan perangkat pintar berkemampuan 5G menyediakan data konsumsi yang terperinci, sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang tepat tentang penggunaan energi mereka dan menghemat biaya.
Hal ini membantu mengoptimalkan distribusi energi dan mengurangi tekanan pada jaringan listrik selama periode permintaan tinggi.
Tidak hanya itu, 5G dapat memfasilitasi komunikasi dua arah yang cepat antara konsumen dan perusahaan utilitas, memudahkan pelayanan permintaan tambahan daya, informasi pembaruan harga, maupun program-program konsumen lainnya.
6. Integrasi Sumber Daya Energi Terdistribusi (DER)
Jaringan dua arah tercipta dengan semakin banyak konsumen energi yang menjadi produsen melalui penggunaan energi terbarukan dan penyimpanan energi yang terus meningkat.
Dengan memanfaatkan konektivitas 5G, operator jaringan listrik dapat secara efisien memantau dan mengontrol produksi dan penyimpanan energi dari sumber-sumber yang terdesentralisasi ini.
Hal ini memastikan integrasi energi terbarukan yang lancar ke dalam jaringan, menyeimbangkan pasokan dan permintaan, dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya energi bersih.
“Ini beberapa contoh bagaimana jaringan listrik dapat menggunakan 5G untuk mendorong efisiensi operasional sekaligus meningkatkan ketahanan jaringan listrik. Kontinuitas dan keandalan data smart grid juga perlu didukung oleh edge computing yang memungkinkan data jaringan utilitas yang berasal dari berbagai sensor diproses secara lokal, sehingga meminimalkan latensi,” jelas Surya.
Ia pun mengatakan, bahwa Schneider Electric selama 50 tahun ini telah turut berpartisipasi dalam mendukung PLN maupun perusahaan utilitas swasta dalam pendistribusian listrik melalui produk dan solusi yang dimilikinya.
“Kami siap mendukung pengembangan smart grid di Indonesia melalui solusi EcoStruxure kami,” pungkas Surya.
Baca Juga: Pentingnya Transformasi Smart Grid dengan Ekosistem Kemitraan Terbuka
Baca Juga: EcoStruxure Bantu Wujudkan Pengolahan Air yang Sustainable di Industri