Studi terbaru Dell Technologies mengungkapkan bahwa hanya 17% organisasi/perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang (APJ) yang telah berinovasi secara efektif. Apa penyebabnya?
Studi bertajuk Dell Technologies Innovation Index tersebut memasukkan 17% dari total 1700 responden yang berasal dari Australia, Selandia Baru, India, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand itu ke kategori Innovation Leaders dan Adopters.
Perusahaan-perusahaan yang ada di kategori itu disebut Dell memiliki strategi inovasi ang end-to-end dan siap menghadapi aneka tantangan, seperti resesi global, masalah rantai pasokan, dampak lingkungan, dan sebagainya.
Dibandingkan mereka yang ada di kategori Innovation Followers dan Laggards, perusahaan-perusahaan di kawasan APJ yang masuk dalam kategori Innovation Leaders dan Adopters ini memiliki kemampuan 2,1 kali lipat (Global: 2,2 kali lipat) lebih besar untuk mempercepat inovasinya dalam kondisi resesi.
Para Innovation Leaders dan Adopters ini juga memiliki peluang mengalami pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebesar 2,1 lebih besar dari perusahaan lain berkat ketahanan inovasi yang mereka miliki. Ketahanan inovasi adalah tekad dan kemampuan untuk berinovasi di masa-masa sulit. Mereka juga berpeluang 1,2 kali lipat (Global: 1,1 kali lipat) lebih besar akan melakukan otomatisasi untuk memungkinkan tim mereka berinovasi daripada Innovation Followers dan Laggards..
“Untuk mengikuti perubahan lanskap global yang sangat cepat, perusahaan-perusahaan di APJ harus memprioritaskan inovasi sekaligus mengelola aktivitas operasional bisnis harian,” tandas Peter Marrs, President, Asia Pasifik dan Jepang, Dell Technologies.
Menurut Marrs, ide inovasi tidak harus selalu besar dan menunggu momen disruptif. “Akan tetapi, ide kecil dan praktis bisa membuat efek riak yang mengarah pada produktivitas, profitabilitas dan tujuan yang lebih besar,” tegasnya.
Untuk itu, ia menyarankan para pemimpin perusahaan menyelaraskan proyek-proyek inovasi dengan tujuan perusahaan dan menumbuhkan budaya ingin tahu.
Budaya Perusahaan Bisa Hambat Inovasi
Dikaitkan dengan sumber daya manusia, sebanyak 63% responden APJ (Global: 64%) menyatakan bahwa beberapa aspek dari budaya perusahaan justru menghambat mereka berinovasi sesuai dengan harapan mereka. Sementara 73% responden APJ (Global: 71%) mengatakan bahwa pemimpin mereka cenderung lebih memilih melaksanakan ide-ide mereka sendiri.
Hal lain yang dapat menghambat inovasi adalah sulitnya penerapan proses inovasi terstruktur dan berbasis data. Menurut studi Dell, hanya 28% pengambil keputusan TI di APJ (Global: 26%) mengatakan semua inisiatif inovasi mereka berdasarkan data.
Temuan lain memperlihatkan bahwa hanya 46% organisasi di APJ (Global: 52%) menyelaraskan proyek inovasinya dengan tujuan perusahaan. Dan 40% responden APJ (Global: 38%) menyatakan hambatan utama inovasi yang dialami tim adalah kurangnya waktu untuk melakukan inovasi karena banyaknya beban kerja yang harus dilakukan.