Find Us On Social Media :

Memanfaatkan Open Source untuk Penguatan Sektor Publik di Asia Tenggara

By Liana Threestayanti, Selasa, 14 November 2023 | 14:00 WIB

Kawasan Asia Tenggara tengah berkembang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Bagaimana masyarakat dapat memperoleh layanan publik yang lebih baik, terutama dengan memanfaatkan teknologi open source?

Penulis: Prem Pavan, VP for Southeast Asia and Korea, Red Hat

[Redaksi] Kawasan Asia Tenggara tengah berkembang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Bagaimana masyarakat dapat memperoleh layanan publik yang lebih baik, terutama dengan memanfaatkan teknologi open source?

Jelas bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Asia Tenggara telah muncul sebagai pusat  pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi yang dinamis. Menurut laporan Google e-Conomy SEA 2023, perkiraan ekonomi digital di akhir 2025 akan mencapai US$295 miliar. 

Laporan ini juga memperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan pertumbuhan GMV (Gross Merchandise Value) sebesar 22% YoY. 

Ekonomi digital Indonesia akan mencapai nilai US$77 miliar di tahun 2022 dan sedang dalam proses untuk mencapai angka US$130 miliar sampai dengan tahun 2025, yang utamanya karena dorongan e-commerce

Sementara itu, Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) secara bersama-sama memperkuat pentingnya transformasi digital di wilayah ini untuk memperkuat integrasi dan kemajuan layanan digital.

Tren kenaikan pertumbuhan dan optimisme ini seharusnya terbatas pada perusahaan enterprise swasta saja. Organisasi di sektor publik di kawasan ini juga bisa memanfaatkan desain yang bagus dari solusi digital yang relevan, untuk memperoleh manfaat sepenuhnya dari transformasi digital dan mendorong kesejahteraan warga negara serta membangun masyarakat yang lebih inklusif secara digital.

Di saat yang sama, janji dari digital tool mungkin tidak sesuai dengan kenyataan pada implementasinya. Kenyataan dalam transformasi digital di sektor publik juga tetap beragam di kawasan ini. Data dari e-Government Development Index[2]  PBB menyatakan, misalnya, Singapura berada di posisi ke-12 dari 193. Sementara Malaysia, Thailand, dan Indonesia berada di tingkatan yang berbeda dalam hal infrastruktur digital dan kematangan layanan. Hal ini mengindikasikan adanya potensi kesenjangan yang dapat berujung pada inefisiensi, sistem yang ketinggalan jaman, dan hilangnya kesempatan untuk memperbaiki layanan.

Saat kawasan Asia Tenggara mengarungi transformasi digital yang penting, teknologi open source dapat menjadi katalis untuk mendukung pertumbuhan layanan warga negara dan menjadikannya lebih inklusif. Pemerintahan regional sudah mengakui hal ini pada tingkat kebijakan, contohnya Making Indonesia 4.0[3] dan Smart Nation Initiatives Singapura, yang semuanya berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan publik dan kebaikan bersama. Lalu, kemana kita melangkah?

Mari kita telaah tiga cara yang dapat dilakukan pemerintah agar dapat melayani warga negaranya dengan lebih baik, mendukung inovasi, dan meningkatkan keamanan siber dengan memanfaatkan open source untuk mendorong layanan pemerintah yang lebih efisien di kawasan ini.

Ekonomi Digital Berkembang, Sektor Publik Tidak Ditinggalkan

Pada tingkatan menyeluruh, indikator pertumbuhan Asia Tenggara terus terlihat sangat optimis. Asian Development Bank, contohnya, memperkirakan pertumbuhan untuk wilayah Asia Tenggara sebesar 4,7%. Sebagia besar warga regional juga sedang menjalani internet yang mengutamakan mobile, dengan pengadopsian smartphone di Asia Tenggara sebagaii yang tertinggi di dunia[4].