Penulis: Dharma Simorangkir, President Director, Microsoft Indonesia.
Tahun 2023 yang baru saja berakhir meninggalkan kita, Indonesia, dengan posisi mistar yang lebih tinggi untuk melaju sebagai pelopor transformasi digital dan kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN.
Pengalaman sebagai tuan rumah KTT ASEAN ke-43 yang menyoroti Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN (DEFA), populasi besar dan beragam yang tersebar di 38 provinsi dan 17.000 lebih pulau, serta tingginya jumlah generasi produktif yang melek teknologi, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memimpin negara-negara Asia Tenggara agar dapat melompat lebih tinggi dalam aspek pertumbuhan ekonomi digital, yang kian terakselerasi berkat masuknya kita di era baru kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Sebuah studi menunjukkan bahwa AI memiliki potensi untuk berkontribusi hampir $1 triliun terhadap PDB Asia Tenggara pada tahun 2030 mendatang, dengan Indonesia diproyeksi menyumbang $366 miliar di antaranya. Tentu ini adalah peluang besar yang perlu direalisasikan bersama, demi kesejahteraan masyarakat luas.
Berbekalkan kekuatan dan keberagaman 670 juta lebih orang di Asia Tenggara, Indonesia pun dapat memulai gerakan bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk mendorong pertumbuhan sektoral di setiap negara, dengan dukungan AI sebagai copilot.
Beberapa langkah awal yang dapat diambil misalnya memajukan penelitian medis untuk menciptakan terobosan yang dapat menyelamatkan hidup semakin banyak orang, meloncat tinggi di sektor pendidikan untuk berbagi lebih banyak pengetahuan, dan mengolah bahan baku untuk industri kendaraan listrik serta energi terbarukan secara lebih efektif sebagai upaya untuk mengatasi perubahan iklim.
Ada sedikitnya dua kunci utama untuk merealisasikan potensi-potensi ini: data dan talenta digital.
Data, the New Oil, and the Nutrition for AI
Selama satu tahun terakhir, kita telah melihat bagaimana pengalaman penggunaan AI generatif seperti ChatGPT dan Microsoft Copilot mulai mengubah cara kita bekerja; memungkinkan pekerja mendelegasikan sebagian pekerjaan ke AI dan mengurangi beban kerja.
Kini, dengan layanan seperti Azure AI Studio, setiap orang tidak hanya dapat mengakses AI generatif, tetapi juga membangun pengalaman mereka sendiri, yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Membuat pengalaman AI yang terpersonalisasi memerlukan data yang sangat besar. Sebab, data adalah fondasi dari pengembangan AI.
Sederhananya, output AI akan sebagus data yang membangunnya. Signifikansi dan keberagaman di Indonesia serta Asia Tenggara pun akan memungkinkan large language model AI untuk belajar dari data yang beragam dan dari orang-orang yang berbeda; memfasilitasi lebih banyak ide serta feedback, sehingga dapat berdampak positif pada peningkatan akurasi, kualitas, ataupun pengurangan bias atas output yang dihasilkan.
Potensi ini akan menuntun Indonesia dan Asia Tenggara untuk melaju pesat dalam aspek ekonomi digital berbasis AI.