Misalnya saja, pengembang properti ternama yang terus mempelopori konsep kota cerdas di Indonesia dengan menyediakan layanan informasi yang relevan dan disesuaikan untuk penghuninya, universitas yang memodernisasi pendidikan melalui pembelajaran yang dipersonalisasi dan interaktif, perusahaan telekomunikasi yang meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menangani pertanyaan secara kontekstual dan menyelesaikannya lebih cepat dari sebelumnya, perusahaan teknologi yang mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan kontribusi UMKM terhadap ekonomi hijau di Indonesia, serta startup yang meningkatkan kesadaran dan minat terhadap kendaraan listrik yang diproduksi di Semarang untuk meningkatkan kualitas udara di seluruh Tanah Air.
Contoh-contoh tersebut hanya beberapa dari banyaknya inovasi yang terus terjadi di seluruh negeri. Potensi inovasi lainnya masih banyak, terutama dengan dukungan Strategi Nasional Kecerdasan Buatan (Stratnas AI) tahun 2045 yang dirancang dengan cermat oleh Pemerintah kita.
Talenta Digital, the Pilot
Berbagai kapabilitas AI yang ditenagai oleh data pada prinsipnya adalah untuk membantu manusia agar bisa fokus melakukan elemen-elemen esensial dalam setiap tugas ataupun pekerjaannya; bukan menggantikan manusia.
Sebab, bagaimanapun juga, AI hanya dapat bekerja dengan data yang diberikan manusia, dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi manusia.
Dengan peralihan fokus ini, talenta digital diharapkan akan dapat melakukan lebih banyak hal secara lebih baik dan cepat; menyelesaikan permasalahan yang lebih beragam, menciptakan hal-hal baru, dan memperluas keterampilan mereka ke area-area yang belum terpikirkan sebelumnya.
Dalam era di mana AI mengubah cara kerja dengan menjadikan kreativitas sebagai produktivitas baru dalam keseharian kita sehari-hari, setiap individu–bukan hanya pakar AI–akan membutuhkan kompetensi utama baru, seperti analytical judgement, emotional intelligence, creative evaluation, intellectual curiosity, kemampuan memberikan prompt, dan keterampilan menggunakan AI.
Setiap individu juga perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan high-level thinking skills (HOTS), alih-alih low-order thinking skills (LOTS).
Apa maksudnya? LOTS adalah keterampilan berpikir yang berfokus pada pemahaman seputar “apa”, seperti menghafal, mengumpulkan informasi, dan mengelola data dan/atau informasi.
Tidak dapat dipungkiri, saat ini LOTS masih mendominasi waktu kita. Padahal, untuk memecahkan beragam masalah dan berinovasi, kita perlu melakukan lebih banyak HOTS atau keterampilan berpikir yang fokus pada “mengapa dan bagaimana”, seperti menganalisis informasi dengan pola pikir kritis, serta membuat/menghasilkan sesuatu secara kreatif.
AI generatif pun memiliki peran penting dalam menjembatani gap ini. Sebuah artikel dari Harvard Business Review menyampaikan bahwa AI memungkinkan kita untuk secara otomatis meng-input dan memproses konteks penting dari beragam sumber data besar, sehingga menghemat waktu kita dalam memahami pertanyaan-pertanyaan seputar “apa”.
Itulah sebabnya, di awal tahun 2023 lalu, dengan dukungan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Microsoft meluncurkan inisiatif Skills for Jobs Indonesia, yang dirancang untuk meningkatkan literasi digital, mengembangkan talenta digital, dan meningkatkan kesiapan kerja untuk satu juta orang di Indonesia.