OpenAI akan memberikan sanksi tegas kepada pengembang ChatGPT, Dean.Bot usai ketahuan menggunakan ChatGPT untuk kepentingan kampanye politik yaitu meniru tokoh politik Dean Philips. Sejatinya chatbot Dean.Bot sejatinya tidak meniru sepenuhnya kandidat politik hanya sekadar memperagakan sang tokoh tanpa mengetahui isi pikirannya.
Tak hanya Dean.Bot, perusahaan teknologi AI Delphi juga mendapatkan sanksi dari OpenAI walaupun ChatGPT hanya melakukan simulasi tanpa mengakses pemikiran asli tokoh tersebut. Meskipun hanyalah simulasi, OpenAI menegaskan larangan penggunaan platform untuk kampanye politik.
Delphi meminta maaf atas gangguan laman resminya dan menghadapi pembatasan oleh OpenAI terkait dean.bot. Delphi memiliki keinginan untuk terus berinovasi dalam mengembangkan platform chatbot AI yang bisa diandalkan sehingga para penggunanya bisa merasakan pengalaman terbaik seperti dikutip Engadget.
"Semua orang akan memakai aplikasi untuk berkampanye dan berlobi. Namun chatbot dilarang untuk meniru salah satu kandidat yang mana hal ini sangat diperhatikan." bunyi pernyataan OpenAI.
Bikin Berita Hoaks
Menjelang tahun pemilihan umum (pemilu), muncul kekhawatiran teknologi AI dapat digunakan untuk memproduksi berita hoaks dan mendekriditkan salah satu pasangan calon pemimpin.
Michael Wooldridge (Seorang Direktur Penelitian AI Institut Alan Turing Inggris) mengatakan berita-berita hoaks bakal banyak beredar di media sosial dan Internet menjelang pemilu di Inggris dan Amerika Serikat (AS).
"ChatGPT dapat disalahgunakan memproduksi berita-berita hoaks yang mengincar pandangan politik target audiensnya. Sangat mudah bagi seseorang dengan sedikit pengetahuan pemrograman untuk membuat identitas palsu dan mulai membuat berita palsu," kata Wooldridge seperti dikutip The Guardian.
Dampaknya, masyarakat akan khawatiran dan bingung mengetahui mana berita yang benar dan berita hoaks di internet. Misalnya, tersebar video pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyerang kelompok transgender pada Januari 2023. Faktanya, video itu adalah hasil kloning suara Joe Biden ketika ia berbicara mengenai pengiriman tank ke Ukraina.
Belum lagi foto mantan Presiden AS, Donald Trump yang sedang ditangkap petugas keamanan dan foto mugshot wajahnya yang ternyata hasil rekayasa AI. Alexander Leslie (Analis Perusahaan Keamanan Siber AS Recorded Future) mengatakan perkembangan teknologi AI akan terus berjalan dan banyak yang mengaksesnya menjelang pemilihan presiden AS.
"Sebelum pemilu AS, saat ini adalah saat yang sangat tepat bagi industri teknologi juga pemerintah untuk berupaya melakukan mitigasi. Tanpa pendidikan dan kesadaran yang luas, ini bisa menjadi ancaman nyata saat kita menuju pemilihan presiden," ungkap Leslie.
Baca Juga: Ribuan Pengembang Game Khawatir Terancam PHK Akibat Penggunaan AI
Baca Juga: Bangun Pabrik Chip AI, Bos ChatGPT Cari Investor Kaya Timur Tengah