Find Us On Social Media :

Adopsi Otomatisasi Ritel Bisa Kurangi Masalah TPA dan Limbah Makanan

By Rafki Fachrizal, Senin, 18 Maret 2024 | 18:15 WIB

Otomatisasi Ritel

Pengelolaan sampah menjadi permasalahan laten di Indonesia, dengan banyaknya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terus beroperasi meskipun sudah melebihi kapasitas.

Selain pengelolaan TPA, Indonesia juga menghadapi tantangan yang signifikan terkait timbunan sampah makanan.

Sekitar 70 persen dari total sampah yang ditimbun di TPA merupakan sampah organik, yang terutama berasal dari makanan yang jumlahnya mencapai 23–48 juta per tahun dan menempati peringkat kedua di dunia.

Timbunan sampah makanan yang menumpuk tidak hanya memiliki dampak negatif terhadap lingkungan namun juga memberikan beban yang cukup besar pada pengelolaan TPA.

Ketika stok persediaan melebihi permintaan, terutama bahan makanan segar, peritel menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengelola limbah, yang dapat mengakibatkan penurunan harga atau pembusukan.

Program Lingkungan PBB (UNEP) mengungkapkan bahwa produksi dan konsumsi makanan merupakan pendorong terbesar kerusakan alam.

Sistem makanan yang tidak saling terhubung (silo) dan masih manual berakibat pada penggunaan sumber daya yang kurang efisien.

Selain limbah makanan, dalam prosesnya kita juga turut menyia-nyiakan energi dan air yang dibutuhkan untuk melakukan produksi, panen, transportasi produk, hingga pengemasan makanan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.75 Tahun 2019 menetapkan Peta Jalan Pengurangan Sampah, yang mewajibkan produsen di sektor manufaktur, ritel, dan jasa makanan dan minuman untuk mengurangi sampah dari produk, wadah, dan/atau kemasan.

Menanggapi masalah ini, Onni Rautio, Sales Director RELEX Solutions, mengatakan "Sampah makanan merupakan masalah serius yang hanya dapat diselesaikan melalui upaya kolaboratif dari tiap individu dan kelompok kolektif yang terlibat. Selain konsumen perlu lebih cerdas dalam mengonsumsi makanan untuk mengatasi masalah sampah yang semakin mengkhawatirkan, para peritel dapat memanfaatkan otomatisasi sistem agar dapat turut berkontribusi dalam mengurangi sampah makanan dan mengurangi masalah tempat pembuangan sampah di Indonesia. Melalui pencegahan kelebihan stok dan memprediksi permintaan secara akurat, otomatisasi secara efektif meminimalkan kelebihan bahan makanan yang terbuang percuma."

Selain itu, menurutnya otomatisasi juga akan membantu peritel untuk menyederhanakan pengelolaan persediaan agar lebih efisien, mengoptimalkan proses pemesanan, serta meminimalkan melakukan penanganan secara manual, yang turut berkontribusi pada praktik ritel yang lebih berkelanjutan dan efisien.

Strategi pengelolaan limbah makanan yang efektif sangatlah penting untuk mengurangi dampak buruk yang dihasilkan.

Beberapa peran otomatisasi ritel dalam mengurangi limbah makanan antara lain: