Saran Pemanfaatan LLM di Bidang Kesehatan
LLM dengan kemampuan yang lebih mumpuni, seperti GPT-4, dapat dimanfaatkan untuk memberikan saran dan diagnosis dalam konteks yang terkontrol, terkait masalah pada mata. Contohnya, proses triase pasien atau dalam situasi keterbatasan tenaga medis profesional.
“Kami dapat secara realistis menggunakan AI dalam melakukan triase pasien dengan masalah mata untuk memutuskan kasus mana yang merupakan keadaan darurat yang perlu segera diperiksa oleh spesialis, mana yang dapat diperiksa oleh dokter umum, dan mana yang tidak memerlukan pengobatan,” jelas Dr. Thirunavukarasu, seperti dikutip dari Eureka Alert.
Menurutnya, GPT-4 dapat menyamai kemampuan dokter ahli dalam memroses gejala dan tanda-tanda (adanya masalah) pada mata ketika menjawab pertanyaan yang lebih rumit.
Untuk menyempurnakan dan mengembangkan LLM ini lebih lanjut dibutuhkan teks klinis dalam volume besar. Dan para ahli mengatakan bahwa upaya memfasilitasi kebutuhan ini sedang berlangsung di seluruh dunia.
Para peneliti dalam studi ini juga mangeklaim riset ini lebih unggul daripada studi-studi sebelumnya. Studi yang dilakukan University of Cambridge ini membandingkan kemampuan AI dengan dokter-dokter yang berpraktik, bukan hanya membandingkan hasil ujian.
“Para dokter tidak merevisi ujian sepanjang karier mereka. Kami ingin melihat bagaimana kinerja AI ketika diadu dengan pengetahuan dan kemampuan praktik dokter, untuk memberikan perbandingan yang adil,” terang Dr. Thirunavukarasu, yang sekarang menjadi Doktor Yayasan Akademik di Rumah Sakit Universitas Oxford NHS Foundation Trust.
Selain GPT-4, studi ini juga menguji kemampuan GPT-3.5, PaLM2, dan LLaMA dengan menggunakan pertanyaan yang sama. Namun GPT-4 dilaporkan memberikan respons yang lebih akurat.
Hasil studi dari University of Cambridge ini selengkapnya dapat dilhat di jurnal PLOS Digital Health.
Baca juga: Survei: Gen AI, Investasi Teknologi Terpenting Di Sektor Manufaktur
Baca juga: Berkat AI, Perusahaan Tambang ini Sukses Temukan Banyak Berlian