Find Us On Social Media :

Avanade: 3 Hal untuk Jadikan AI Motor Utama Transformasi di Indonesia

By Liana Threestayanti, Selasa, 7 Mei 2024 | 10:40 WIB

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi motor utama transformasi di Indonesia. Avanade menyoroti tiga hal penting untuk mewujudkannya. Ilustrasi (AI) Artificial Intelligence.

Penulis: Bhavya Kapoor, Managing Director, Asia Tenggara, Avanade

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi motor utama transformasi di Indonesia. Avanade menyoroti tiga hal penting untuk mewujudkannya.

Di tengah lanskap perkembangan teknologi yang pesat saat ini, artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah menjadi pendorong transformasi yang tak terbantahkan di Indonesia dan seluruh kawasan. 

Berdasarkan penelitian Kearney, artificial intelligence diperkirakan dapat berkontribusi sebesar US$1 triliun bagi perekonomian Asia Tenggara pada tahun 2030 karena AI diyakini mampu meningkatkan produktivitas, merevolusi model bisnis secara fundamental, dan mendorong inovasi di berbagai sektor. 

Memahami potensi besar dari manfaat ekonomi yang ditawarkan oleh AI, pemerintah Indonesia telah mengusung sebuah Strategi Nasional AI. Strategi ini bertujuan mendorong Indonesia mencapai tujuan menjadi negara maju pada tahun 2045.

Berbagai alat AI generatif, seperti Microsoft Copilot, telah mulai mendefinisi ulang cara orang bekerja dan apa yang menjadi fokus utama dalam peran mereka. Sebuah studi dari Avanade menunjukkan bahwa tiap pekerja dari berbagai tingkatan menunjukan sentimen positif terhadap kehadiran AI dan cukup antusias terhadap potensi AI di tempat kerja. Sebanyak 97% dari responden menggunakan AI dalam pekerjaan mereka, setidaknya seminggu sekali. Bahkan 57% menggunakannya setiap hari. 

Studi tersebut juga menyoroti bagaimana artificial intelligence akan memberikan lebih dari sekadar peningkatan efisiensi. Para pekerja pun berharap AI akan berdampak besar pada pekerjaan mereka sehari-hari pada akhir tahun 2024.

Meskipun terdapat manfaat yang tidak dapat disangkal, ada tantangan besar bagi dunia bisnis untuk sepenuhnya membuka potensi AI. 

Tantangan terbesar adalah kurangnya keterampilan. Indonesia menghadapi kekurangan sembilan juta pekerja terampil digital pada tahun 2030. Kurangnya keahlian ini dapat menghambat inovasi, mengganggu pengembangan dan penerapan AI yang efektif, dan pada akhirnya memperlambat keseluruhan proses transformasi bisnis.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur juga dapat menjadi tantangan bagi dunia bisnis, seperti tidak adanya landasan data yang kuat yang dapat menghambat skalabilitas dan kinerja aplikasi AI. Hal ini menghambat kemampuan bisnis untuk menerapkan solusi AI dalam skala besar dan mewujudkan potensi sepenuhnya.

Mengatasi tantangan-tantangan tersebut sangat penting untuk bisa sepenuhnya memanfaatkan potensi AI, meningkatkan produktivitas, menyokong inovasi, dan membuka manfaat bisnis yang nyata.

Mengadopsi Pendekatan AI yang Berpusat pada Manusia