Find Us On Social Media :

East Ventures: Pentingnya Pemetaan Daya Saing untuk Dorong Ekonomi Digital

By Rafki Fachrizal, Selasa, 21 Mei 2024 | 15:45 WIB

Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures.

Terwujudnya pemerataan digital di Indonesia diharapkan dapat menjadi gerbang untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital yang dimiliki.

Dalam empat tahun terakhir, temuan EV-DCI menunjukkan bahwa kesenjangan daya saing digital di Indonesia konsisten menurun. Hal ini merujuk pada meningkatnya skor median indeks.

Pada tahun 2020 EV-DCI mencatat skor median indeks sebesar 27,9. Angka tersebut terus naik pada 2021 menjadi 32,1, 35,2 pada 2022 dan 38,5 pada 2023.

Peningkatan skor median menunjukkan perbaikan daya saing digital di provinsi peringkat menengah dan bawah.

Tren positif terkait daya saing digital juga ditunjukkan lewat menurunnya nilai spread di dalam laporan EV-DCI.

Nilai spread tercatat sebesar 62 pada 2020, kemudian turun menjadi 55,6 (2021) dan 48,3 (2022).

Pada pemetaan tahun 2023 terjadi peningkatan nilai spread menjadi 53,2, namun peningkatan ini disebabkan karena pemekaran jumlah provinsi.

Spread sendiri adalah selisih antara nilai tertinggi dengan nilai terendah. Spread merupakan angka yang digunakan untuk melihat rentang kesenjangan antara provinsi.

Semakin tinggi nilai spread, maka semakin tinggi pula kesenjangan daya saing digital tiap provinsi.

Berdasarkan laporan EV-DCI dari tahun 2020 hingga 2023, DKI Jakarta secara konsisten memegang poisisi teratas dalam indeks daya saing digital.

Skor daya saing digital DKI Jakarta dalam empat laporan terakhir antara lain: 73,2 (2022), 77,6 (2021), 79,7 (2020) dan 76,6 (2023).

Jawa Barat, yang berada pada urutan kedua setelah DKI Jakarta, secara konsisten mencatat peningkatan skor setiap tahunnya. Yogyakarta, Banten, dan Jawa Timur berada pada posisi lima teratas, di mana provinsi-provinsi ini mengalami kenaikan dan penurunan ranking setiap tahunnya.