Find Us On Social Media :

CEO Tableau Ungkap Strategi Tingkatkan Visual Analytics dengan AI

By Liana Threestayanti, Jumat, 24 Mei 2024 | 14:00 WIB

Perkembangan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap teknologi global secara drastis, termasuk dalam bidang analisa dan visualisasi data. Tableau, sebagai salah satu penyedia platform visual analytics, tidak luput dari upaya memahami dan merespons tren ini. (Foto: CEO Tableau, Ryan Aytay)

Perkembangan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap teknologi global secara drastis, termasuk dalam bidang analisa dan visualisasi data. Tableau, sebagai salah satu penyedia platform visual analytics, tidak luput dari upaya memahami dan merespons tren ini.

Seiring dengan pertumbuhan AI yang tak terbendung, banyak organisasi dan perusahaan di seluruh dunia mulai memahami potensi yang ditawarkan oleh AI. Hasilnya, semakin banyak perusahaan yang mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam operasional mereka, dengan tujuan beragam, seperti peningkatan efisiensi, analisis yang lebih mendalam, dan pengambilan keputusan yang lebih tepat waktu.

Tren ini sejalan dengan proyeksi yang menjanjikan dari riset terbaru Grand View Research Inc., yang memperkirakan pasar global AI akan mencapai US$1,81 triliun pada tahun 2030.

Laju adopsi teknologi kecerdasan buatan pun memperlihatkan peningkatan signifikan. Menurut survei global McKinsey & Company, pada tahun 2022, 50% perusahaan di seluruh dunia telah mengadopsi AI dalam beberapa bentuk ke dalam operasi bisnis mereka. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari hanya 20% pada tahun 2017. 

Sedangkan menurut riset IBM yang dilakukan awal tahun 2024 lalu, sebanyak 42% organisasi berskala enterprise telah menggunakan teknologi AI secara aktif. 

Tren ini pun menunjukkan peningkatan adopsi teknologi AI di berbagai sektor. Salah satu area yang mendapat perhatian khusus adalah tool visualisasi data berbasis AI lantaran tantangan yang dihadapi organisasi dalam menangani dataset yang besar dan kompleks. 

Survei McKinsey menunjukkan hanya 37% eksekutif bisnis yang dapat membuat keputusan cepat dan berkualitas, terhambat oleh kompleksitas data dan rendahnya literasi data. Akibatnya, tantangan ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan untuk alat visualisasi data dengan fitur-fitur yang lebih canggih. 

Sejalan dengan itu, menurut catatan Market Research Biz, pasar AI generatif dalam visualisasi data menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Pada tahun 2023, pasar ini bernilai US$23,20 miliar dan diproyeksikan akan mencapai US$101,3 miliar pada tahun 2033, dengan CAGR sebesar 16,32% selama periode 2024 hingga 2033.

Atasi Tantangan Data 

Menanggapi tren visualisasi dan analitik data dan AI, CEO Tableau, Ryan Aytay menyoroti tantangan terkait pemanfaatan data yang dihadapi organisasi dan perusahaan. Hal ini tentu tak lepas dari peran penting data sebagai fondasi sistem kecerdasan buatan. Tanpa data yang baik, tidak ada sistem AI yang bagus. 

Dari percakapannya dengan para pemimpin bisnis global, Ryan Aytay menangkap kesulitan yang dihadapi perusahaan, yaitu mengorganisasi data dari berbagai sumber ke dalam bentuk atau cara yang memungkinkan perusahaan memahami maknanya. "Kemampuan menyatukan semua data dan memaknainya adalah dasar penting dari strategi AI yang baik," ujarnya dalam sebuah wawancara khusus dengan InfoKomputer di Jakarta.

Di sisi lain, para pemimpin bisnis juga memandang pentingnya kepercayaan (trust) dalam mengimplementasikan AI. “Yang mana, trust adalah core value Tableau dan Salesforce. Fokus utama kami adalah memastikan bahwa pengguna layanan Tableau maupun Salesforce secara keseluruhan, merasa yakin bahwa data mereka aman” tegasnya. 

Ia juga menyinggung soal penggunaan AI secara etis dan kebijakan kepemilikan data (data ownership) yang menjadi prioritas utama bagi Tableau dan Salesforce mengingat dalam konteks AI, data dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam model bahasa besar dan berpotensi disalahgunakan.

Salah satu upaya Tableau dalam mendukung pelanggan di Indonesia mematuhi regulasi terkait kepemilikan data adalah berinvestasi dalam infrastruktur lokal. Aytay memaparkan rencana Tableau untuk menyediakan pusat data atau Point of Deployment (POD) di Indonesia, sebagai bagian dari strategi Salesforce Hyperforce. Menurutnya, inisiatif ini bertujuan untuk melayani pelanggan yang ingin menjalankan operasinya di cloud secara lokal.

Unggulkan Fleksibilitas dan Keterbukaan

Langkah ini tidak hanya bertujuan memastikan kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga untuk meningkatkan keunggulan kompetitif Tableau di pasar lokal. Dalam hal ini, CEO Tableau juga membahas pembeda utama produk Tableau, dengan menekankan fleksibilitas dan keterbukaan sebagai kekuatan utama.

“Secara khusus, Tableau sangat fokus untuk memastikan bahwa kami sangat fleksibel,” jelas profesional yang hampir 18 tahun lamanya berkarier di Salesforce dan dipercaya memimpin Tableau dalam satu tahun terakhir ini.

Tableau fokus untuk menjadi sangat adaptif terhadap beragam kebutuhan pelanggannya. Fleksibilitas ini mencakup penyediaan opsi untuk penerapan solusi secara on-premises, serta menyediakan solusi berbasis cloud. Selain itu, Tableau juga memungkinkan teknologinya diintegrasikan ke berbagai platform seperti situs web, portal, atau aplikasi-aplikasi, seperti Slack atau Microsoft Teams.

“Kami pun sangat terbuka,” ujarnya seraya menambahkan bahwa keterbukaan ini memungkinkan Tableau untuk memenuhi beragam preferensi dan kasus penggunaan pelanggan. 

Ryan Aytay  juga menyinggung pendekatan Tableau terhadap AI sebagai pembeda kunci lainnya. Secara khusus ia menyebutkan Tableau Pulse sebagai produk yang berfokus pada penyampaian wawasan langsung kepada pengguna dalam alur kerja mereka tanpa memerlukan input perintah data. “(Pulse) ini adalah AI yang dikirimkan kepada Anda. Jadi, ia  datang kepada Anda. Ia memberitahu Anda bahwa Anda perlu memperhatikan metrik ini,” jelasnya.

Integrasi dari berbagai wawasan yang ditenagai AI ini sejalan dengan tujuan Tableau yang lebih luas, yaitu membuat analisis data menjadi lebih intuitif dan mudah diakses oleh pengguna. Tableau Pulse tersedia secara umum sejak bulan Februari 2024 dan lebih dari 4000 pelanggan Tableau sudah memanfaatkannya. 

Kolaborasi dengan Salesforce untuk AI

Dari sisi pengembangan artificial intelligence, Tableau memiliki kelebihan tersendiri. Sebagai bagian dari ekosistem Salesforce, Tableau memiliki akses terhadap skala dan sumber daya Salesforce. Hal ini memungkinkan Tableau memanfaatkan platform AI milik Salesforce, Einstein, yang mulai dibangun sejak 9-10 tahun lalu dan kemampuannya mencakup predictive AI, machine learning, dan generative AI. 

Kemampuan AI Tableau sendiri diberi nama Einstein Copilot for Tableau, sebagai produk kolaboratif bersama Salesforce. Meskipun memanfaatkan teknologi dasar yang disediakan oleh Salesforce, Tableau memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan dan mengintegrasikan kemampuan AI ini ke dalam produknya sendiri, seperti Tableau Pulse, untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan dan produknya.

Sebagai informasi, Salesforce merumuskan lima langkah kunci untuk membangun AI Enterprise, yaitu membangun kemampuan customer 360; menyatukan, menyeragamkan, dan harmonisasi data; kolaborasi menggunakan tool AI; kemampuan analitik dengan AI; dan menerapkan AI yang tepercaya dan Copilot. Dalam konteks ini, peran Tableau adalah menyediakan kemampuan analitik dan visualisasi data berbasis AI.

Upaya Membangun Talenta

Menjawab pertanyaan InfoKomputer tentang dampak teknologi artificial intelligence terhadap peran dan keterampilan di bidang data analytics, Ryan Aytay menyebut ada dua hal yang terlibat: keterampilan (skill) dan pekerjaan.

Terkait skill, ia menyampaikan bahwa Tableau memiliki program untuk meningkatkan keterampilan di bidang data dengan target 10 juta tenaga terampil pada tahun 2027. Dan saat ini Tableau sudah berhasil menutup kesenjangan keterampilan data dari 3,2 sampai 3,3 juta orang.

Upaya menciptakan sumber daya manusia yang terampil di bidang analitik data juga dilakukan melalui kurikulum sekolah, dan memberikan akses ke produk serta solusi Tableau kepada lembaga-lembaga nirlaba.

Tableau juga mempunyai cara unik untuk menarik minat terhadap bidang visualisasi data, yaitu menyediakan Tableau Public, sebuah platform gratis yang dapat diakses oleh siapa saja, dengan lebih dari 9,5 juta visualisasi data mengenai beragam topik. 

“Pilih topik yang ingin Anda ketahui dan ketikkan apa saja (pada Tableau Public), Anda akan melihat visualisasi yang bercerita menggunakan data untuk memberikan dampak, misalnya visualisasi tentang apa terjadi dengan garis pantai kita, plastik di perairan, dan tentang apa saja,” jelasnya. 

Aytay menekankan bahwa Tableau Public adalah cara perusahaan melayani tujuan pendidikan, institusi, dan nirlaba, membangun keterampilan dan pengetahuan data serta AI, dalam masyarakat secara lebih luas. 

Di sisi pekerjaan, Aytay menyoroti peran AI dalam mempercepat cara kita bekerja dan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik serta lebih cepat. Iia menegaskan bahwa AI membantu mempercepat apa yang sedang dilakukan seseorang tanpa menggantikan mereka, dan bahwa AI memiliki peran yang signifikan dalam visualisasi data, pembuatan wawasan, dan persiapan data.

Tiga Fokus untuk Asia Tenggara

Berbicara tentang pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, CEO Tableau Ryan Aytay mengarisbawahi pentingnya residensi data dan lokalisasi. Inilah yang menjadi alasan Tableau untuk menghadirkan pusat data di Indonesia.

Sumber daya manusia yang besar juga dilihatnya sebagai peluang ketika keterampilan para pekerja di berbagai organisasi ditingkatkan, khususnya keterampilan terkait data. 

“(Peningkatan keterampilan) ini merupakan sebuah peluang besar, terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan lebih cepat,” tandasnya. 

Adapun tiga fokus utama Tableau di pasar Asia Tenggara adalah menyediakan teknologi canggih, melatih para  mitra, terutama di sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), dan memberdayakan komunitas, sebagai satu bentuk customer engagement secara tidak langsung dan tak berbayar.

Sebagai informasi, komunitas Tableau di kawasan ini tumbuh sebesar 48%, dengan Indonesia sebagai pasar pertumbuhan utama. Kelompok pengguna (user group) Tableau aktif di kota-kota seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Singapura, dengan lebih dari 600 anggota. Selain itu, sekitar 130.000 pengguna telah menerima pelatihan keterampilan data di bawah chapter ASEAN.

Kehadiran komunitas yang solid ini dinilai Ryan Aytay sebagai salah satu fitur pembeda Tableau dari para kompetitornya. Menurutnya, dukungan komunitas global ini menjadi bukti kekuatan dan daya tarik Tableau.

Baca juga: Salesforce Memperkenalkan Inovasi AI dan Data Tepercaya untuk Bisnis