Find Us On Social Media :

Super Apps Wondr by BNI, Bukti Kerja Kolaboratif Talenta Digital Lokal

By Liana Threestayanti, Kamis, 29 Agustus 2024 | 09:00 WIB

Ada banyak cerita menarik dan insightful di balik layar pengembangan super app Wondr by BNI yang baru dirilis Bank Negara Indonesia (BNI) beberapa waktu lalu. Salah satunya adalah kerja kolaboratif para talenta digital lokal. (Foto: Victor Korompis, Senior Executive Vice President, Information Technology, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) )

 

Ada banyak cerita menarik dan insightful di balik layar pengembangan super app Wondr by BNI yang baru dirilis Bank Negara Indonesia (BNI) beberapa waktu lalu. Salah satunya adalah kerja kolaboratif para talenta digital lokal.

Dalam perjalanan menciptakan super app yang inovatif ini, talenta digital lokal memegang peran penting. Cerita ini tidak hanya menunjukkan dedikasi mereka, tetapi juga mempertegas komitmen BNI dalam memberdayakan putra-putri bangsa untuk menghasilkan karya berkualitas tinggi.

Salah satu kebanggaan di balik pengembangan Wondr by BNI adalah bahwa aplikasi ini sepenuhnya merupakan buah karya anak negeri.“Tidak ada ekspatriat, tidak ada orang asing (yang terlibat) dan ini benar-benar karya digital talent dari BNI, semuanya,” tegas Victor Korompis, Senior Executive Vice President, Information Technology, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) dalam sebuah sesi wawancara khusus dengan InfoKomputer.

Selain menghadirkan sebuah “dunia keajaiban” perbankan digital kepada para nasabah BNI melalui pilar Insight, Transaction, dan Growth, aplikasi super ini juga membuktikan kemampuan sumber daya manusia di bank yang memiliki 64,03 juta nasabah (per Februari 2024) ini..  

Cara Kerja Agile dan Kolaboratif

Untuk membangun aplikasi yang mampu mengakomodasi kebutuhan perbankan era digital dan modern ini, BNI mau tak mau harus menerapkan cara kerja maupun metode pengembangan aplikasi yang mendukung tujuan tersebut. 

Victor Korompis menjelaskan timnya mengadopsi cara kerja baru yang  lebih agile dan kolaboratif. Cara kerja baru ini melibatkan Digital Squad yang bekerja secara kolaboratif antara berbagai departemen, seperti TI, Risk, Compliance, dan Operations. Tim ini, menurut Victor, duduk bersama, berdiskusi, membuat wireframe, melakukan prototyping, dan tahapan-tahapan pengembangan lainnya dengan cepat.  

“Tim yang secara spesifik menangani Wondr ada 250 orang tapi sebetulnya yang terlibat itu adalah the whole IT team kami yang berjumlah 2000 orang,” cerita Victor.

Untuk mendukung cara kerja yang agile dan kolaboratif, serta mengakselerasi proses pengembangan, BNI juga mengadopsi software development life cycle (SDLC) baru, yaitu DevSecOps. Metode pengembangan ini juga bertujuan membongkar silo-silo antara tim Development, Operations, dan Security

Yang menarik, perubahan-perubahan ini tidak melulu terjadi di tim teknologi yang dikomandani Victor Korompis, tapi juga di tim bisnis. “Ini bukan classic business di mana biasanya tim bisnis memberikan selembar kertas berisi requirement ke tim TI dan tim TI diminta membuat aplikasi,” ujar Victor. Tim TI dan bisnis duduk bersama, berdiskusi, berdebat dengan senantiasa mengedepankan kebutuhan-kebutuhan nasabah.

Dorong Perubahan di Tim Bisnis 

Cara kerja baru ini pun mau tak mau mengubah cara kerja tim bisnis. “Mereka belajar menjadi product owner yang baik dan menerapkan design thinking, yang berfokus pada cara menghilangkan pain point (masalah atau kesulitan) pelanggan,” jelas Victor Korompis. 

Ia mencontohkan bagaimana kolaborasi tersebut berjalan, misalnya dalam proses pembayaran menggunakan teknologi QR. Proses pembayaran QR yang lama membutuhkan 9 langkah, tetapi tim berusaha memangkas langkah tersebut menjadi hanya 2 langkah untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Diskusi aktif terjadi antara tim bisnis dan tim risiko terkait pemotongan langkah tersebut. Tim risiko harus mempertimbangkan apakah ada risiko baru yang muncul akibat penyederhanaan proses untuk memastikan solusi yang aman namun tetap nyaman bagi pelanggan. 

Tak hanya mendorong talenta BNI untuk mempelajari technology stack baru, framework-framework baru seperti design thinking dan collaborative creationproject ini juga membuka peluang bagi tim yang sebelumnya lebih banyak berada di belakang layar untuk berinteraksi dengan pelanggan atau nasabah. “Karena kami implementasikan usability testing di mana sebelum produk kita coding, customer diminta misalnya menjalankan transaksi tanpa kita beri instruksi, harus intuitif,” jelas Victor.

Selanjutnya, profesional TI dengan pengalaman hampir 25 tahun di industri perbankan ini menyebut berbagai perubahan tersebut sebagai sebuah investasi yang membanggakan dari BNI, menunjukkan kemampuan luar biasa dari para karyawannya dalam beradaptasi dan berkolaborasi.

Berkaca dari pengalaman BNI, Victor melihat pentingnya mempercayai dan mengembangkan talenta digital dalam organisasi, khususnya di Indonesia. “Indonesia memiliki kekayaan talenta digital yang luar biasa, yang mampu mengembangkan produk digital berkualitas tinggi.” ucapnya. Apa lagi, menurut Victor, produk perbankan Indonesia sudah sangat maju dibandingkan dengan produk di negara-negara lain, khususnya di Eropa, di mana sistem perbankan masih sangat klasik. 

Oleh karena itu, Victor Korompis berharap para pemimpin teknologi di perusahaan dan organisasi di tanah air terus fokus pada pengembangan produk sambil terus mendidik talenta digital lokal dalam hal penguasaan teknologi.

Baca juga: Belajar dari Pengalaman Transformasi Data Bank Mandiri dan BNI

Baca juga: Percepat Transformasi dengan GenAI, BNI Gandeng Cloudera & Nvidia