Find Us On Social Media :

AWS Ungkap Strategi Penting untuk Maksimalkan Potensi AI dan Cloud

By Liana Threestayanti, Rabu, 2 Oktober 2024 | 16:30 WIB

Teknologi cloud dan AI menjadi kunci transformasi bisnis, mendorong inovasi dan efisiensi. Apa strategi dalam memaksimalkan potensi keduanya?

Ia mencontohkan Amazon Bedrock, sebuah layanan yang dikembangkan untuk membantu para developer membangun aplikasi AI generatif. Layanan ini memungkinkan pelanggan untuk melakukan tweaking terhadap model AI menggunakan data mereka tanpa data tersebut disimpan atau diproses oleh AWS. Kemampuan ini, menurut Miriam, memberikan pelanggan kontrol yang lebih besar atas data mereka dan memastikan privasi sehingga dapat  mengatasi kekhawatiran yang signifikan bagi banyak organisasi.

Manfaatkan Kekuatan Cloud dan AI

Menjawab pertanyaan seputar strategi cloud enterprise dan AI, Miriam menekankan bahwa adopsi AI akan berdampak pada strategi cloud perusahaan. Hal itu, menurutnya, karena cloud adalah penggerak/enabler penting untuk AI dalam kapasitasnya untuk menyimpan dan mengintegrasikan sejumlah besar data. 

"Gen AI lebih rumit tanpa cloud karena perusahaan tidak memiliki data yang dibutuhkan," jelasnya. Tanpa cloud, implementasi dan pemanfaatan AI secara efektif, khususnya AI generatif, akan lebih menantang bagi perusahaan karena hambatan mengakses dan mengelola data yang dibutuhkan. 

Miriam menambahkan bahwa tidak ada “satu pendekatan untuk semua” dalam strategi cloud, karena ini dapat bervariasi secara signifikan antar organisasi. Ia menekankan pentingnya kemitraan strategis dengan penyedia cloud untuk menyelaraskan kemampuan teknologi dengan tujuan bisnis (yang dilandasi teknologi AI). "Kami merekomendasikan untuk menciptakan kemitraan strategis dengan penyedia cloud Anda sehingga Anda dapat bekerja sama dan kami memahami apa yang ingin Anda capai (dengan AI)," tegasnya.

Khususnya dalam adopsi AI generatif, Miriam McLemore menyarankan perusahaan untuk memprioritaskan strategi cloud untuk pengelolaan dan integrasi data yang lebih baik, terutama jika perusahaan masih mengoperasikan sistem legacy. Menurutnya, beralih ke cloud tidak boleh dipandang hanya sebagai peningkatan teknis, melainkan sebagai pergeseran mendasar untuk mendukung tujuan bisnis yang lebih luas.

"Kita tidak beralih ke cloud hanya untuk alasan pindah ke cloud. Anda harus pindah ke cloud untuk memfasilitasi dan mendukung bisnis Anda," ujarnya. Miriam menyebutkan sejumlah alasan perusahaan beralih ke cloud, seperti meningkatkan efisiensi, integrasi data, memanfaatkan teknologi baru, memberikan lebih banyak waktu bagi karyawan untuk fokus pada hal-hal yang lebih bernilai, serta mengelola risiko bisnis yang mungkin terjadi. 

Ia menambahkan bahwa integrasi antara strategi bisnis dan teknologi ini sangat penting untuk memaksimalkan manfaat AI dan memastikan perusahaan dapat beradaptasi dengan dinamika pasar yang terus berubah saat ini.

Contoh Use Case dari Berbagai Industri

Berbicara tentang use case artificial intelligence, Miriam McLemore memberikan beberapa contoh yang dilakukan pelanggan AWS. Misalnya Xero, sebuah perusahaan SaaS yang memberikan layanan proses backend terotomatisasi pada UKM. Ketika perusahaan asal Selandia Baru ini menyediakan layanan dengan AI generatif, pelanggan UKM-nya pun otomatis dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi terbaru itu tanpa mengeluarkan banyak investasi. 

Ada pula pelanggan yang memanfaatkan AI dalam pembayaran elektronik dan deteksi penipuan/fraud. Startup bernama Vita ini menggunakan AI dalam proses e-KYC untuk mendeteksi deep fake dan memastikan keaslian pengguna. Pemanfaatan AI untuk e-KYC deteksi fraud juga diterapkan oleh pelanggan AWS lainnya, yaitu Krom Bank.

Miriam juga menyoroti pelanggan AWS dari Indonesia, yaitu Klinik Pintar, yang mengotomatisasi catatan medis dan menciptakan database lengkap tentang obat-obatan. Inovasi ini memungkinkan laboratorium dan dokter mengakses informasi penting dengan lebih efisien.