Ada satu masa ketika Albert Juanda dan Dwi Handri Kurniawan menjalankan bisnis konsultasi dari Starbucks atau 7 Eleven. “Kadang-kadang kami juga pinjam kantor orang,” ujar Albert sambil tertawa mengenang masa lalunya tersebut.
Namun kini, kondisinya sudah berbeda. TMS Consulting, perusahaan yang mereka rintis, kini telah memiliki kantor mentereng di pusat kota Jakarta. Yang tak kalah penting, TMS Consulting juga menjadi kendaraan mewujudkan mimpi keduanya: membangun talenta Indonesia yang kompeten di berbagai bidang industri, khususnya di bidang teknologi dan digital.
Latar Belakang TMS Consulting
Cerita tentang TMS Consulting berawal dari pertemuan Albert dan Handri di sebuah perusahaan pertambangan. “Saat itu saya konsultannya, sementara Pak Handri user-nya,” cerita Albert yang saat ini menjabat sebagai Co-CEO TMS Consulting. Minat dan mimpi yang sama membuat keduanya sepakat keluar dari pekerjaannya masing-masing untuk membangun perusahaan sendiri.
Awalnya, perusahaan yang mereka bangun berfokus pada sektor pendidikan. “Kami dulu lebih berperan sebagai trainer untuk modul-modul SAP,” ungkap Albert. Kompetensi di dunia ERP ini membuat keduanya banyak diminta masukan terkait implementasi ERP. Dari situlah, keduanya sepakat menggeser fokus perusahaan ke arah konsultasi dan implementasi.
Kini setelah 10 tahun berkiprah, TMS Consulting pun telah berkembang. Jumlah karyawannya lebih dari 150 orang, dengan klien ratusan perusahaan dari berbagai industri. “Portofolio TMS Consulting boleh dibilang multi industri, dari darat, laut, sampai udara,” ucap Albert. Beberapa nama di antaranya adalah United Tractors, Petrosea, sampai Eiger. Solusi yang ditawarkan pun tidak lagi sekadar ERP, namun juga CRM, Integration, Fleet Management, sampai automation.
Kunci Sukses TMS Consulting
Menurut Albert, kepercayaan tersebut adalah buah dari visi TMS Consulting selama ini. Yaitu, mengedepankan nilai atau value dari setiap implementasi teknologi digital yang dilakukan. “Artinya, implementasi teknologi harus menjawab kebutuhan atau pain point yang dihadapi perusahaan,” ungkap Albert.
Albert mencontohkan pengalaman implementasi sistem digital di PT Riung Mitra Lestari, sebuah perusahaan jasa pertambangan. Perusahaan ini menghadapi kendala seputar konsolidasi proses bisnis dan data. Mereka pun kemudian menggandeng TMS Consulting untuk membangun integrated ERP system berbasis SAP.
Setelah proses implementasi yang membutuhkan waktu 6 bulan, produktivitas bisnis PT. Riung Mitra Lestari pun mengalami peningkatan. “Contohnya purchase order lead time lebih cepat 3-4 hari,” ungkap Albert mencontohkan. Sistem yang terintegrasi juga meningkatkan efisiensi, tercermin dari maintenance cost yang turun sampai 50%.
Dengan manfaat sebesar itu, investasi yang dikeluarkan untuk membangun sistem pun menjadi sepadan. Hal ini selaras dengan keyakinan TMS Consulting bahwa investasi di area digital adalah pengeluaran yang harus memiliki manfaat bisnis; bukan sekadar biaya atau pengeluaran. "Ini edukasi yang perlu disampaikan pelaku bisnis" tambah Albert.