Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan dalam waktu tiga pekan menjabat sebagai menteri telah bertemu dengan banyak perusahaan teknologi sebagai pemain industri global pihanya mendapatkan fakta bahwa banyak perusahaan tersebut tertarik berinvestasi infrastruktur data di Indonesia.
"Kita bicara dengan banyak global high-tech companies, termasuk Nvidia, yang tadi kan juga sudah dilaporkan ke pak Mensesneg. Dan ada banyak sebetulnya kalau benar yang tertarik untuk kemudian bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam rangka data," kata Meutya dalam konferensi pers membahas kunjungan Menteri Sekretaris Negara.
Meutya mengatakan banyaknya minat perusahaan teknologi global ingin berinvestasi di Indonesia di bidang infrastruktur data dan dapat mendukung percepatan transformasi digital. Hal itu juga sejalan dengan program prioritas dari Kementerian Komdigi yang berada di bawah pemerintahan periode kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mengenai penyediaan infrastruktur data yang aman dan berdaulat di Indonesia.
Komdigi juga telah berkoordinasi dengan Menteri Sekretaris Negara terkait pembentukan lembaga pengawas Pelindungan Data Pribadi."Ini carry over dari pemerintahan sebelumnya, jadi nanti setelah Presiden pulang (baru dibahas). Tapi ini yang paling pas menyampaikan Pak Mensesneg untuk tindak lanjut dari PDP," kata Meutya.
Diketahui, per tanggal 17 Oktober 2024 pemberlakuan Undang-Undang nomor 27 tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP) sudah berlaku sepenuhnya. "Yang pasti di 17 Oktober ini sudah 2 tahun semenjak disahkan, maka dia berlaku," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Hokky Situngkir.
Cara Bangun Data Center AI
Penerapan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di wilayah ASEAN, terutama di Indonesia, masih berada pada tahap awal. Namun, potensi AI di kawasan yang lebih luas sangatlah besar. Di Indonesia, industri kesehatan, fintech, dan pertanian diperkirakan akan menjadi sektor yang paling diuntungkan dari penerapan AI dalam jangka panjang.
Berdasarkan data oleh DataReportal, Indonesia memiliki 185,3 juta pengguna internet pada awal 2024, dengan tingkat penetrasi internet sebesar 66,5%. Analisis dari Kepios juga mengungkapkan adanya pertumbuhan pengguna internet hingga mencapai 1,5 juta pengguna di Indonesia pada Januari 2023 hingga Januari 2024, mengindikasikan peningkatan signifikan dalam lanskap digital.
Tren ini mendorong adopsi teknologi AI di negara ini, dengan proyeksi pemerintah bahwa AI akan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian, diperkirakan mencapai US$366 miliar pada 2030. Seiring dengan meningkatnya penggunaan AI di Indonesia, permintaan akan pusat data yang siap mendukung AI dan dapat ditingkatkan semakin bertambah.
Industri pusat data di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan, menjadikan kemitraan antara investor internasional dan ekosistem lokal sangat penting untuk transformasi digital Indonesia. Ukuran pasar kolokasi pusat data di Jakarta diproyeksikan tumbuh secara signifikan dari US$315,2 juta pada 2022 menjadi US$1,079,7 juta pada 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 22,3%. Pengembangan pusat data yang siap mendukung AI tetap menjadi area yang sedang dieksplorasi secara aktif oleh para pelaku industri, sebagaimana dibuktikan oleh peningkatan investasi.
Dalam pengembangan pusat data yang siap mendukung AI, terdapat beberapa faktor penting yang meningkatkan dan memaksimalkan kapabilitas operasional secara keseluruhan, termasuk infrastruktur, skalabilitas, kustomisasi, dan keberlanjutan:
1. Infrastruktur: Peningkatan infrastruktur pusat data dasar diperlukan, termasuk teknologi solusi pendinginan khusus seperti liquid cooling. Solusi AI memerlukan dukungan yang kuat dari infrastruktur yang lebih luas di dalam negeri. Penerapan AI akan terus meluas, seiring meningkatnya beban kerja AI.