Find Us On Social Media :

Infrastruktur Data Indonesia Menarik Minat Pemain Global Berinvestasi

By Adam Rizal, Senin, 18 November 2024 | 09:10 WIB

Ilustrasi Data Center.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan dalam waktu tiga pekan menjabat sebagai menteri telah bertemu dengan banyak perusahaan teknologi sebagai pemain industri global pihanya mendapatkan fakta bahwa banyak perusahaan tersebut tertarik berinvestasi infrastruktur data di Indonesia.

"Kita bicara dengan banyak global high-tech companies, termasuk Nvidia, yang tadi kan juga sudah dilaporkan ke pak Mensesneg. Dan ada banyak sebetulnya kalau benar yang tertarik untuk kemudian bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam rangka data," kata Meutya dalam konferensi pers membahas kunjungan Menteri Sekretaris Negara.

Meutya mengatakan banyaknya minat perusahaan teknologi global ingin berinvestasi di Indonesia di bidang infrastruktur data dan dapat mendukung percepatan transformasi digital. Hal itu juga sejalan dengan program prioritas dari Kementerian Komdigi yang berada di bawah pemerintahan periode kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mengenai penyediaan infrastruktur data yang aman dan berdaulat di Indonesia.

Komdigi juga telah berkoordinasi dengan Menteri Sekretaris Negara terkait pembentukan lembaga pengawas Pelindungan Data Pribadi."Ini carry over dari pemerintahan sebelumnya, jadi nanti setelah Presiden pulang (baru dibahas). Tapi ini yang paling pas menyampaikan Pak Mensesneg untuk tindak lanjut dari PDP," kata Meutya.

Diketahui, per tanggal 17 Oktober 2024 pemberlakuan Undang-Undang nomor 27 tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP) sudah berlaku sepenuhnya. "Yang pasti di 17 Oktober ini sudah 2 tahun semenjak disahkan, maka dia berlaku," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Hokky Situngkir.

Cara Bangun Data Center AI

Penerapan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di wilayah ASEAN, terutama di Indonesia, masih berada pada tahap awal. Namun, potensi AI di kawasan yang lebih luas sangatlah besar. Di Indonesia, industri kesehatan, fintech, dan pertanian diperkirakan akan menjadi sektor yang paling diuntungkan dari penerapan AI dalam jangka panjang.

Berdasarkan data oleh DataReportal, Indonesia memiliki 185,3 juta pengguna internet pada awal 2024, dengan tingkat penetrasi internet sebesar 66,5%. Analisis dari Kepios juga mengungkapkan adanya pertumbuhan pengguna internet hingga mencapai 1,5 juta pengguna di Indonesia pada Januari 2023 hingga Januari 2024, mengindikasikan peningkatan signifikan dalam lanskap digital. 

Tren ini mendorong adopsi teknologi AI di negara ini, dengan proyeksi pemerintah bahwa AI akan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian, diperkirakan mencapai US$366 miliar pada 2030. Seiring dengan meningkatnya penggunaan AI di Indonesia, permintaan akan pusat data yang siap mendukung AI dan dapat ditingkatkan semakin bertambah.

Industri pusat data di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan, menjadikan kemitraan antara investor internasional dan ekosistem lokal sangat penting untuk transformasi digital Indonesia. Ukuran pasar kolokasi pusat data di Jakarta diproyeksikan tumbuh secara signifikan dari US$315,2 juta pada 2022 menjadi US$1,079,7 juta pada 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 22,3%. Pengembangan pusat data yang siap mendukung AI tetap menjadi area yang sedang dieksplorasi secara aktif oleh para pelaku industri, sebagaimana dibuktikan oleh peningkatan investasi. 

Dalam pengembangan pusat data yang siap mendukung AI, terdapat beberapa faktor penting yang meningkatkan dan memaksimalkan kapabilitas operasional secara keseluruhan, termasuk infrastruktur, skalabilitas, kustomisasi, dan keberlanjutan:

1. Infrastruktur: Peningkatan infrastruktur pusat data dasar diperlukan, termasuk teknologi solusi pendinginan khusus seperti liquid cooling. Solusi AI memerlukan dukungan yang kuat dari infrastruktur yang lebih luas di dalam negeri. Penerapan AI akan terus meluas, seiring meningkatnya beban kerja AI. 

2. Skalabilitas: Pusat data harus dapat ditingkatkan untuk memenuhi beban kerja yang lebih tinggi dan memiliki infrastruktur daya dan efisiensi untuk mendukung skalabilitas ini. Strategi yang berwawasan ke depan sangat penting, yang memungkinkan penerapan data yang cepat dan mempersiapkan persyaratan di masa mendatang.

3. Kustomisasi: Persyaratan beban kerja AI sangat bervariasi di kalangan pelanggan. Oleh karena itu, pendekatan one-size-fits-all (‘satu ukuran untuk semua’) menjadi tidak tepat. Kustomisasi memastikan pusat data memenuhi kebutuhan spesifik dari berbagai sektor.

4. Keberlanjutan: Pusat data yang siap mendukung AI mengkonsumsi energi dalam jumlah yang signifikan, yang mendorong operator untuk memprioritaskan keberlanjutan dalam desain mereka. Ini melibatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang disesuaikan dengan lokasi pusat data, penerapan teknologi pendinginan berkelanjutan, dan terlibat dalam kolaborasi dengan mitra teknologi. Upaya ini memastikan bahwa operator dapat secara efisien memenuhi permintaan yang terus meningkat akan infrastruktur yang siap mendukung AI sambil memfasilitasi teknologi AI terkini di negara ini.

"Tahun lalu, kita telah menyaksikan AI meningkatkan efisiensi pusat data secara signifikan melalui algoritma khusus yang mengoptimalkan konsumsi energi dan merasionalisasi alokasi sumber daya. Dengan menggabungkan AI, kita dapat memanfaatkan potensinya untuk mengoptimalkan operasional demi keberlanjutan dengan menganalisis dan memproses data, membantu perusahaan lebih memahami penggunaan energi," kata Frederic van Daniel Husen (Managing Director of Indonesia, Princeton Digital Group).

Seiring terus berkembangnya lanskap infrastruktur data di seluruh Asia, para pemimpin industri semakin berfokus pada keberlanjutan dan praktik perusahaan yang bertanggung jawab. Banyak operator, termasuk PDG, kini memprioritaskan upaya untuk menyesuaikan diri dengan sertifikasi global dan mengadopsi standar operasional terdepan di industri. 

Pendekatan ini memastikan bahwa layanan mereka tidak hanya memenuhi permintaan saat ini, tetapi juga mempersiapkan teknologi masa depan seperti AI, sekaligus mengintegrasikan praktik berkelanjutan ke dalam operasi mereka. Di masa mendatang, ada penekanan yang semakin besar untuk mendorong perubahan positif dalam industri, dengan fokus pada inovasi dalam infrastruktur, proses, dan keberlanjutan. 

Di Indonesia, seiring dengan meningkatnya permintaan penyimpanan, pemrosesan, dan konektivitas data, pengembangan fasilitas canggih memainkan peran penting dalam mendukung transformasi digital Indonesia dan pertumbuhan regional yang lebih luas.

AI berada di titik awal perkembangannya di Indonesia dan memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap berbagai perkembangan. Bersama dengan para pelaku industri, kami memiliki peluang yang lebih besar untuk memanfaatkan kemampuannya dalam solusi pusat data yang mendukung AI di Indonesia, sehingga memberikan faktor keberhasilan yang lebih besar bagi pertumbuhan mereka. 

"Dengan keahlian dan pengalaman PDG, kami bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi ekonomi digital Indonesia dan mendukung pertumbuhannya di tahun-tahun mendatang. Bergabunglah dengan kami dalam membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerdas dan lebih efisien, serta mencapai tingkat baru dalam keberhasilan digital perusahaan. Masa depan dimulai di sini, dengan pusat data yang mendukung AI," ujarnya.

Baca Juga: Perjalanan Epson Indonesia, 24 Tahun Sukses Dominasi Pasar Printer