Dengan demikian, bisa dibayangkan harga jual untuk ponsel dengan layar kaca berlian pertama atau yang mengadopsi Vibrant Satin Corning Gorilla Glass nantinya, tidak akan murah.
"Saya setuju bahwa beberapa biaya elemen berasal dari komponen dan proses manufakturing, tapi tidak menjadi yang terbesar," jelas Wood kepada Cnet.
"Saya juga yakin jika Apple membuat keputusan strategis untuk menaikan harga ponsel flagship iPhone untuk memaksimalkan laba," imbuh Wood.
Tren yang diprediksi terus berlanjut "Selama ponsel menjadi kebutuhan perangkat komputer utama sehari-hari, konsumen akan merogoh kantong lebih dalam," kata Carolina Milanesi, analis dari Creative Strategies.
Seperti dijelaskan di awal, banderol iPhone X yang tembus Rp 13 jutaan kala itu, menjadi awal tren harga ponsel high-end yang semakin mencekik. Apple menempatkan titik baru untuk industri kelas high-end secara keseluruhan, tidak hanya pada lini iPhone saja.
Diikuti fitur ikonik lain yang mulai diikuti ponsel Android, seperti desain layar "poni", menghilangkan tombol home, adopsi 3D depth-sensing untuk membuka dan mengunci layar, serta meniadakan sensor fingerprint.
Kemungkinan, Apple akan mengulang pola untuk semakin menaikan harga ponselnya saat meluncurkan lini iPhone 2018. Ponsel midrange masih aman Sementara itu, pasar ponsel level mid-range dan low-end semakin ramai.
Beberapa vendor menjadi pemain utama di pasar ini dengan harga perangkat berkisar Rp 2-5 jutaan. Vendor high-end juga mulai menyasar papan tengah. Huawei misalnya dengan sub-brand nya Honor, yang mengusung desain dan fitur populer dengan banderol terjangkau.
Oppo, Xiaomi, Asus, dan Nokia juga menelurkan ponsel-ponsel untuk menjangkau konsumen berdompet tipis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga iPhone dan Ponsel Android Kian Mahal? Ini Sebabnya".