Bukan rahasia umum, banyak akun pengguna yang dikendalikan software robot atau bot bertebaran di media sosial.
Apalagi, menjelang pemilihan umum, banyak pihak yang menggunakan bot untuk melakukan polling suara di Twitter supaya mengunggulkan salah satu pasangan calon.
Tentunya, polling suara berbasis bot itu bisa memberikan informasi yang salah kepada masyarakat.
Ismail Fahmi (Pengamat Media Sosial) mengatakan masyarakat bisa sangat mudah mengenali pemungutan suara yang dilakukan dengan software robot di media sosial. Polling suara berbasis bot itu bisa terdeteksi ketika adanya kenaikan hasil pungutan suara yang tidak alamiah.
"Kenaikan tiba-tiba ini bisa dideteksi oleh si pembuat polling. Dalam waktu singkat, serangan robot voting dengan akun robot dilakukan pada saat yang sama," katanya.
"Jika tiba-tiba saja, dalam waktu singkat score perolehan salah satu pilihan dalam voting naik drastis, bisa diduga ada robot polling yang digunakan," jelasnya lewat tulisan di akun Facebook .
Hal ini diungkap Ismail menanggapi maraknya tuduhan di media sosial terkait polling pemenangan Capres dan Cawapres untuk Pilpres 2019.
Sebelumnya, banyak netizen yang melaporkan kebanyakan polling itu dimenangkan oleh Prabowo-Sandi. Namun belakangan netizen juga mengungkap adanya keanehan lantaran jejak pendapat ini lantas dimenangkan Jokowi-Sandi di detik-detik terakhir.
Selain itu Ismail juga melihat tagar yang sempat populer Selasa (14/8) #JokowiMenang80Polling.
Cara Kerja
Menurutnya, jasa untuk memenangkan jajak pendapat di Twitter seperti ini memang ada. "Banyak yang menyediakan jasa ini. Asal punya uang aja," jelasnya.
Ismail menjelaskan lebih lanjut cara kerja bot yaitu si penyedia jasa memiliki peternakan bot yang memiliki puluhan ribu hingga ratusan ribu akun Twitter robot.