Fitur GPS disebut menjadi biang keladi borosnya baterai smartphone yang terkuras dengan cepat.
Banyak asumsi yang berkembang, seperti salah pengguna yang lupa menutup aplikasi yang menggunakan GPS sehingga ia terus bekerja melacak lokasi.
Ada juga yang berpikiran jika terkurasnya batarai dikarenakan GPS bekerja keras mencari sinyal dari menara pemancar seluler serta satelit. Benarkah demikian?.
Ketika Anda mengaktifkan GPS, GPS receiver—sebuah cip kecil dan antena yang terletak di dalam smartphone—selalu mencari menara pemancar sinyal seluler. Hal tersebut berguna untuk meraba-raba dimana sebenarnya smartphone tersebut berada. Tanpa ada data seluler atau koneksi WiFi, GPS receiver hanya akan menebak-nebak lokasi tanpa data akurat.
"Tanpa WiFi, Anda tidak bisa mengunduh posisi terbaru Anda di Maps, jadi Anda hanya akan melihat titik biru yang berada di antah berantah," ujar Harsh Krishnaswamy, salah satu profesor teknik elektro Columbia Engineering.
Misalnya, ketika pengguna mengaktifkan mode "airplane mode" di ponsel, maka perangkat hanya akan menebak kota atau negara perangkat tersebut berada, tapi tidak secara tepat.
Barulah setelah lokasi perangkat diaktifkan, ponsel mulai mendengarkan sinyal satelit yang mengorbit di instalasi GPS, dan mengakurasi lokasi. Ketika chip GPS di perangkat tidak bisa mengirim sinyal, perangkat tetap bisa menerima sinyal untuk mengecek posisi akurat dimana Anda berada.
Dalam mode location high-accuracy dengan bantuan sinyal seluler dan Wi-Fi, keempat perangkat menunjukkan kinerja penerimaan GPS yang kurang lebih sebanding, baik dari segi kecepatan maupun akurasi.
Robert W McGwier, profesor peneliti teknik komputer dan elektronika dari Virginia Tech mengatakan, GPS akan terus melacak satelit sekalipun penggunanya sedang berada di dalam bangunan beratap baja.
"Jika Anda pergi ke Wlamart yang beratapkan baja, (daya) ponsel yang digunakan akan lebih banyak, jika layanan lokasi diaktifkan. Itu (GOS) akan menghubungkan ke semua satelit yang berbeda-beda demi mencari sinyal," imbuh McGwier.
Itu artinya, jika pengguna sedang berada di wilayah yang susah sinyal, tak ayal daya ponsel akan terkuras lebih cepat dibanding wilayah dengan sinyal stabil. Hal tersebut disebabkan ponsel akan bekerja lebih keras untuk mendengarkan sinyal yang tepat sekaligus melacak posisi perangkat.
Sama halnya jika pengguna sedang berada di dala kereta atau di dalam mobil, maka sinyal akan melemah dan tentu saja pemakaian baterai akan boros. Lemahnya sinyal dikarenakan kereta dan mobil yang terbuat dari baja, ditambah dengan faktor jarak satelit dan GPS receiver.
Sebuah data dari penelitian yang pernah dilakukan oleh profesor di Inggris dan Arab Saudi pada tahun 2016 membuktikan perbedaan persentase baterai terkuras di area sinyal stabil dan tidak.
Pada area stabil atau cenderung kuat, daya baterai hanya terkuras 13 persen saja, sementara pada wilayah sinyal yang lemah konsumsi baterai cukup banyak yakni 38 persen.
Perlu dicatat, saat penelitian dilakukan, para penguji menggunakan perangkat Galaxy Note 3 dan Sony Xperia Z2. Kendati demikian, hasil ini agaknya masih relevan saat ini.
Umur teknologi GPS yang semakin tua Faktor lain penyebab borosnya baterai akibat GPS yang aktif, bisa dikatakan berasal dari GPS itu sendiri. Umur teknologi GPS cukup tua. Sebagai informasi, GS pertama kali diluncurkan militer AS pada tahun 1995.
Meski mendapat peningkatan, kemajuan GPS tak terlalu signifikan. Misalnya untuk menerima transmisi dari satelit, perangkat membutuhkan waktu sekitar 12 hingga 30 detik.
Sedangkan jika ingin menangkap sinyal dari semua satelit terdekat, maka waktu transmisi yang dibutuhkan bisa mencapai 12 menit, sepeti yang telah diuji coba The Verge.
"Penyebabnya adalah rate transmisi data dari dan ke satelit sangat lamban dibandingkan dengan fiber optik," jelas Louis Madsen, profesor kimia dari Virginia Tech.
Lebih lanjut, Madsen menerangkan jika transmisi data dikirim secepat mungkin, tapi tidak bisa secepat yang dilakukan kabel. Cara hemat baterai meski GPS aktif Selain itu, penggunaan aplikasi yang bergantung pada GPS seperti Google Maps, juga menjadi faktor tambahan penggunaan daya berlebih.
Sebab, biasanya layar akan tetap menyala untuk menunjukan arah menuju lokasi di Maps. Saat membuka aplikasi peta baik Google Maps atau Apple Maps, setidaknya ada tiga aktivitas yang membutuhkan daya besar.
Pertama chip GPS yang harus mencari lokasi akurat, display ponsel yang terus menyala, dan tentu saja penggunaan data untuk mengunduh tampilan maps dan informasi jalan. Hal ini bisa menjadi lebih buruk jika membuka Maps di tempat yang sinyalnya lemah.
Sama halnya ketika menggunakan aplikasi transportasi online seperti Grab atau Go-Jek, di mana pengguna melihat peta untuk memastikan driver tidak tersesat saat menjemput atau mengantar ke tempat tujuan.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk setidaknya mengurangi sedikit konsumsi baterai. Misalnya menutup semua aplikasi yang sedang berjalan di background dan mengurangi tingkat kecerahan layar secukupnya.
"Baik Apple (iPhone) maupun Android kebanyakan terbukti efektif dengan cara itu. Setiap bulan, keduanya meng-update software dan sebagian besar update dikhususkan untuk meningkatkan management baterai," ujar McGwier.
Salah satu buktinya adalah Google yang menyisipkan mode "Adaptive Battery" di Android Pie yang baru diumumkan. Mode tersebut diklaim bisa menon-aktifkan aplikasi backgrouond yang tidak digunakan pengguna. Sebab, "Adaptive Battery" mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk melacak penggunaan aplikasi, termasuk kapan saja waktu pemakainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "GPS Bikin Baterai Ponsel Boros, Ini Cara Menghematnya"