Facebook mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) bernama Rosetta untuk membaca dan memahami teks yang muncul di meme.
Tak hanya AI, Rosetta juga mampu menganalisa gambar dan frame video lainnya di Facebook dan Instagram.
Selain itu, Rosetta juga dapat meningkatkan fitur pencarian foto dan mengidentifikasi konten jahat.
Cara kerja Rosetta terbagi menjadi dua. Pertama, Rosetta akan memindai gambar untuk mencari teks dan menggunakan text recognition untuk mengidentifikasi apa yang dikatakan teks tersebut. Kedua, sistem Rosetta akan menafsirkan arti teks tersebut.
Baca Juga : Bos Facebook Targetkan Permasalahan Facebook Kelar Tahun Depan
Facebook mengklaim Rosetta mampu memproses lebih dari satu miliar gambar perhari.
Harapannya, Rosetta dapat membantu Facebook mendeteksi dan menghapus konten jahat yang sebelumnya tidak berhasil diidentifikasi.
Facebook pun akan menggunakan teknologi AI itu untuk memahami teks yang muncul di video.
MRI Scan
Sementara itu, Facebook juga sedang menggarap proyek baru berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan bantuan Departemen Radiologi New York University (NYU).
Facebook dan NYU ingin mempercepat proses pemindaian (scan) dengan Magnetic Resonance Imaging ( MRI).
Selama ini, MRI digunakan untuk membantu mengidentifikasi penyakit pasien secara mengeluruh.
MRI memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. Dalam proses MRI, pasien harus berbaring dan masuk ke tabung pemindaian.
Baca Juga : Bukan di Indonesia, Alasan Facebook Bangun Data Center di Singapura
Keseluruhan proses bisa memakan waktu sekitar 30 hingga 40 menit. Menurut Facebook, penyematan AI pada proses MRI memungkinkan proses pemindaian 10 kali lebih cepat karena AI memilki akses ke sekitar 3 juta gambar MRI dari 10.000 kasus klinis.
Hasilnya, pola-polanya telah terekam dan sistem lebih cepat membaca hasil MRI. "Kuncinya adalah melatih AI untuk mengenali struktur dasar gambar pemindaian untuk memperkaya pandangan analisisnya,” kata Facebook seperti dikutip BusinessInsider.
“Pendekatan dengan AI serupa dengan manusia memroses informasi. Ketika manusia mengalami sesuati, otak manusia kerap menangkap gambaran yang tak utuh. Karenanya, perlu ada respons untuk lebih memahami pengalaman tersebut,” Facebook menambahkan.
Baca Juga : Facebook Uji Coba Label “Things in Common” untuk Cari Teman Baru