Find Us On Social Media :

AS dan Tiongkok akan Dominasi Internet di Masa Depan, Pilih Mana?

By Adam Rizal, Minggu, 23 September 2018 | 12:00 WIB

AS vs Tiongkok

Dari permulaannya sebagai penghubung antar-komputer untuk penelitian, Internet sudah berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern di era digital.

Seperti apa masa depan jaringan global yang menyambungkan jutaan perangkat dari berbagai jenis itu?.

Mantan CEO Google Eric Schmidt memprediksi bahwa sebuah perubahan bakal terjadi di internet.

Saat berbicara dalam sebuah acara tertutup yang digelar firma investasi Village Global VC di San Francisco, AS, Schmidt meramal bahwa internet dunia akan terbelah dua dalam satu dekade ke depan.

“Saya pikir skenarionya bukan terpecah, tapi bercabang menjadi internet yang dipimpin oleh China dan internet non-China yang dipimpin oleh Amerika Serikat,” ujar Schmidt seperti dikutip CNBC.

Schmidt menyoroti potensi ekonomi luar biasa yang dibangun oleh China lewat internet. Internet China, katanya memberi contoh, menyumbang persentase lebih besar terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) negera itu ketimbang kontribusi internet AS terhadap GDP AS.

“Lihatlah BRI -Belt and Road Initiative- mereka yang menghubungkan 60-an negara. Negara-negara yang terlibat kemungkinan akan memakai infrastruktur yang dimiliki oleh China,” lanjut Schmidt.

Belt and Road adalah inisiatif yang dijalankan oleh Beijing untuk meningkatkan pengaruh ekonomi dan politik China dengan menghubungkan serta mamfasilitasi segala jenis perdagangan, termasuk perdagangan digital, antara China dengan negara-negara Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia.

Sensor demi China?

China sendiri dikenal memiliki industri digital yang didominasi oleh pemain-pemain dalam negeri, seperti penyedia pesan instan WeChat, media sosial Weibo, search engine Baidu, publisher dan developer software Tencent, hingga raksasa e-commerce Alibaba.

Berbeda dari jaringan internet di bagian dunia selebihnya, di China tak ada layanan online populer asal AS seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Google sendiri pun bahkan tidak beroperasi di sana.

Para pemain global asal Negeri Paman Sam itu bukannya tak mau beroperasi di China. Kebanyakan dari mereka tersandung mekanisme kontrol ketat yang diterapkan oleh pemerintah China di internet.