Pertumbuhan financial technology (Fintech) sangat pesat dan cepat di Indonesia karena fintech memberikan alternatif dan inovasi baru di bidang jasa keuangan.
Masyarakat Indonesia pun mulai menyadari dan menggunakan solusi fintech untuk pembayaran, transfer dana dan peminjaman uang.
Kehadiran fintech itu pun cukup membuat dunia perbankan resah dan bisa menciptakan pergeseran pemilihan jasa keuangan di masyarakat.
Namun, Kepala Departemen Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan Indonesia membutuhkan banyak startup fintech karena banyaknya kepulauan yang tersebar di Indonesia.
"Sekarang Indonesia masih membutuhkan banyak fintech karena pulau-pulaunya banyak. Kalau bicara digital itu kan, soal akses jadi harus masuk daerah-daerah juga," katanya di "The Nexticorn International Convention - Digital Paradise" di Bali.
Persaingan industri fintech di Indonesia juga cukup besar dan pelaku startup harus agile menciptakan sebuah instrumen yang bisa berfungsi banyak device.
"Persaingan fintech itu bisa bikin jatuh bangun. Bagaimana caranya agar satu instrumen tidak hanya bisa diterima pada satu device saja. Sistemnya harus open mind," ujarnya.
"Jadi konsumen bisa menikmati manfaatnya. Misalnya kalau kita ikut fintech A, B atau C, harus ngisinya sendiri-sendiri, download-nya harus berulang-ulang. Itu yang harus dirapihkan, itu tantangannya. Jangan sampai fintech banyak tapi berjalan sendiri-sendiri,".
Manfaat Fintech
Grant Thornton Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi keuangan (fintech) mengatakan kehadiran pemain fintech bisa memberikan kontribusi positif kepada perkembangan ekonomi digital dan mengatur masalah keuangan di Indonesia.
"Industri fintech yang makin tumbuh di Indonesia diperlukan insight agar dapat memajukan teknologi yang pesat," kata Johanna Gani (Managing Partner Grant Thornton Indonesia) dalam acara "Grant Thornton Fintech Talks".
Saat ini ada 235 pemain fintech di Indonesia dan 39 persen diantaranya memiliki sistem pembayaran yang cukup terbilang mapan.
Selain itu, banyak perusahaan fintech yang menawarkan metode fintech lending dan telah berkembang hingga mencapai Rp1.000 triliun dalam setiap segmen-segmen tertentu.
"Tantangan yang harus dilakukan untuk financial transactions adalah berkalaborasi dengan semua pihak pemerintah, pelaku pasar, dan player itu sendiri," tutur Kurniawan Tjoetiar (Legal Service Partner Grant Thornton Indonesia).
Pembangunan ekosistem fintech sangat diperlukan untuk mempercepat proses pertumbuhan fintech yang ada di Indonesia. Ekosistem itu sendiri terdiri dari gabungan beberapa hal yang menjadi unsur pemegang industri keuangan.
Kunci utama dari ekosistem fintech seperti cash-in yaitu dapat mengkonversi dari uang tunai menjadi elektronik.
Sedangkan, cash-out berfungsi ketika ingin menarik uang tunai, dan assigment atau penerimaan uang elektronik yang dilakukan bisa melalui tempat dimana saja.
Penggunaan Blokchain itu sendiri lebih kepada teknologi yang berbasis data sehingga tidak adanya manipulasi data yang dilakukan.
Berkat blockchain, data-data nasabah dan transaksi yang dilakukan tentu tidak akan mudah diretas, dikarenakan sudah melalui proses sesuai dengan prosedur.
"Selain berkolaborasi, fintech diprediksi akan menjangkau semua lapisan masyarakat dalam mempermudah proses transaksi dengan teknologi," ucapnya.