Masih terkait dengan pembahasan bagian pertama, AI dapat belajar bahasa dan bahkan mengembangkan bahasa sendiri. Contoh nyatanya adalah chatbot buatan Facebook.
Pada sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Facebook, dua “sosok” chatbot dibuat untuk melakukan percakapan teks, tentu saja dalam Bahasa Inggris. Namun lama kelamaan percakapan tersebut menjadi makin aneh dan bahasa yang digunakan, meskipun masih menggunakan kosa kata Bahasa Inggris, tetapi tata bahasa dan polanya menjadi aneh, tidak dimengerti oleh manusia.
Facebook kemudian mematikan chatbot tersebut. Pasalnya mereka menginginkan AI yang bisa berbicara dan dimengerti dengan baik oleh manusia.
Wawancara Pada Sebuah Konferensi Pers
Pada tahun 2013 berdiri sebuah perusahaan bernama Hanson Robotics yang fokus pada pengembangan robot berpenampakan seperti manusia. Hanya dalam waktu empat tahun, Hanson Robotics mampu menciptakan Sophia, sebuah robot yang memiliki penampakan seorang wanita cantik.
Tentu bukan itu saja yang menjadi keunggulan Sophia. Ia dibekali juga dengan AI yang memungkinkannya menjalani wawancara pada sebuah konferensi pers.
Sophia nampak begitu realistis karena Dr. Hanson, perancangnya, memasukkan unsur-unsur “manusiawi” ke dalam AI Sophia, yaitu kreativitas, empati, dan belas kasih. Nantinya robot ini diharapkan bisa membantu memecahkan masalah yang sangat kompleks.
Mengidentifikasi Benda Angkasa Baru
Salah satu badan yang masih tetap konsisten melakukan penelitian tentang luar angkasa adalah NASA. Tugas mereka akhir-akhir ini menjadi makin mudah dengan adanya AI. AI dapat membantu NASA dalam mencari dan mengidentifikasi benda angkasa baru.
Baru-baru ini, AI yang digunakan NASA berhasil mengidentifikasi adanya planet baru pada sistem Kepler-90 yang diberi nama Kepler 90i. Tanpa adanya AI, akan sulit bagi NASA untuk membedakan benda langit, apakah merupakan planet dalam suatu sistem semacam tata surya atau merupakan bintang lain di luar sistem.
Penulis | : | Dayu Akbar |
Editor | : | Dayu Akbar |
KOMENTAR