Kriptokurensi terbesar di dunia, Bitcoin, terus anjlok ke level terendah selama setahun belakangan ini.
Uang digital tersebut ditemui mulai kembali turun ke tingkat terendahnya minggu lalu setelah berbulan-bulan tak mengalami penurunan dan kenaikan yang signifikan.
Menurut data dari CoinDesk, situs berita kriptokurensi, Bitcoin turun ke harga 4.833,09 dollar AS per 1 koinnya, turun sebesar 22 persen dibandingkan seminggu sebelumnya serta 65 persen dibandingkan awal tahun ini.
Sebelumnya, pada Oktober, Bitcoin sendiri nilainya mencapai kisaran 6.400 dollar AS per koinnya, namun jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai kurs mengalami penurunan sebesar 30 persen.
Kurs mata uang digital tersebut ditemukan berada pada angka 4.527 dollar AS per 1 Bitcoin. Puncak nilai tukar kurs sendiri diketahui terjadi pada pertengahan Desember 2017 dengan angka mencapai hampir 20.000 dollar AS per 1 koinnya.
Kenaikan yang signifikan tahun lalu kabarnya disebabkan oleh ramainya para investor yang mengalirkan dananya ke perusahaan retail. Namun, tak disangka, mulai dari bulan puncak kejayaan itu, kurs Bitcoin mulai turun secara signifikan.
Seperti tampak pada statistik di atas, dari pertengahan Desember hingga awal Januari 2018, kurs Bitcoin anjlok sebesar 30 persen ke angka 14.000 dollar AS. Seminggu kemudian, nilai kurs diketahui kembali naik 30 persen ke angka 17 ribu dollar AS.
Dari minggu awal Januari hingga awal Februari 2018, Bitcoin mulai terjun payung dengan penurunan 50 persen ke angka di bawah 7.000 dollar AS per koinnya.
Meski sempat naik pada awal Maret ke angka 11.000 dolar AS, nilai itu pun kembali turun sebulan kemudian.
Tren naik turun ini tampak terjadi dari bulan ke bulan dengan kasus terparah pada bulan November ini yang mencapai angka di bawah 5.000 dolar AS, seperti dilaporkan CNBC.
Apa yang menyebabkan kurs turun? Penyebab pertama terkait penurunan nilai jual koin dunia maya ini kabarnya berasal dari munculnya perpecahan komunitas bitcoin yang menghasilkan kurs baru, yaitu Bitcoin Cash.
Mata uang digital yang mirip namun tak sepopuler Bitcoin ini membuat para investor Bitcoin utama takut menanamkan uang mereka, mengingat Bitcoin Cash sudah memiliki komunitas berisi orang-orang loyal dan mungkin dapat menggantikan Bitcoin utama.
Walhasil, mereka pun khawatir dirugikan yang boleh jadi berpengaruh pada nilai jual Bitcoin seperti dikutip Bloomberg.
Manipulasi pasar itu ditemukan oleh riset sebuah profesor di University of Texas, John Griffin, dengan kolaborasi Amin Shams, mahasiswa doktoral kampus tersebut.
Mereka menduga bahwa ada sebuah kriptokurensi lain bernama 'Tether' dimana kurs tersebut digunakan untuk menstabilkan dan memanipulasi harga bitcoin pada 2017 lalu.
Perusahaan Tether itu lantas menolak mentah-mentah dugaan tersebut lantaran riset itu tidak benar, sebagaimana terlansir di dalam laporan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR