Startup-startup di Asia Tenggara menjadi semakin seksi di mata investor. Hal ini terlihat dari data pertumbuhan investasi yag dilaporkan Google-Temasek.
Dalam laporan itu, investasi yang ditanamkan para pemodal untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara mencapai 9,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 132 triliun) pada paruh pertama 2018.
Angka itu tumbuh 2,5 kali lebih besar dibanding paruh pertama 2017, dengan nilai 3,6 miliar dollar AS (sekitar Rp 52,1 triliun).
Pertumbuhan di semester I-2018 tadi hampir menyamai perolehan investasi pada tahun 2017, yang mencapai 9,4 miliar dollar AS (Sekitar Rp 136 triliun).
Sedangkan dalam kurun waktu tiga tahun, yakni periode 2015 - 2018, total modal yang diperoleh startup-startup di Asia Tenggara disebut mencapai 24 milliar dollar AS (sekitar Rp 34,7 triliun).
"Estimasi di seluruh Asia Tenggara, memerlukan (modal) sekitar 40-50 miliar dollar AS untuk mencapai ekonomi digital lebih dari 200 miliar dollar AS," papar Randy Jusuf, Managing Director Google Indonesia.
"Tiga tahun sudah dapat 24 miliar dollar AS (sekitar Rp 34,7 triliun), hampir setengah yang kita perlukan untuk membangun 200 miliar dollar AS ekonomi digital di Asia Tenggara," lanjutnya.
Samuele Saini, Head of Strategy and Insight Google Southeast Asia, memaparkan bahwa sebagian besar pendanaan disuntikkan ke sembilan startup unicorn di Asia Tenggara.
"Ini waktu yang tepat jika Anda ingin membuat startup, karena banyak investor," imbuh Samuele.
Sembilan startup tersebut adalah Bukalapak, Go-Jek, Grab, Lazada, Razer, Sea Group, Traveloka, Tokopedia, dan VNG yang menyerap 16 miliar dollar AS (sekitar 231 triliun) dari 24 miliar dollar AS dana investasi yang masuk.
Dari kesembilan perusahaan itu, Grab mendapat porsi yang paling besar, lebih dari 6 miliar dollar AS (sekitar Rp 87 triliun), dan menjadi startup Asia Tenggara yang berlabel decacorn, perusahaan dengan valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 145 triliun).
Sementara tiga startup lain, yakni Go-Jek, Lazada, dan Tokopedia, berhasil meraup miliaran dollar AS untuk tambahan dana investasi.
"Dulu kami juga tidak percaya bahwa perusahaan kecil akan menjadi unicorn, tapi sekarang ternyata terjadi. Jadi jangan khawatir untuk perusahaan unicorn di Indonesia, masih ada peluang untuk menjadi decacorn," imbuh Samuele.
Dua startup lain, yakni Razer dan Sea Group juga berencana menambah dana investasi melalui skema penawaran umum perdana (IPO).
Razer telah mendaftarkan IPO ke bursa efek Hong Kong sejak November 2017 lalu, dan Sea Group telah memulai perdagangan di New York Stock Exchange pada Oktober 2017.
Tak hanya startup unicorn, lebih dari 2.000 perusahaan digital di Asia Tenggara yang memiliki nilai valuasi kurang dari 1 miliar dollar AS, mengamankan investasi hampir sebesar 7 miliar dollar AS (sekitar Rp 101 triliun) dalam tiga tahun terakhir.
Google menyebut perusahaan yang memiliki valuasi antara 10 hingga 100 juta dollar AS bergerak cukup dinamis.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR