Helikopter berputar-putar di tengah area kosong di tengah hutan belantara Papua. Transportasi udara tersebut membawa tower yang akan ditancapkan.
Tak hanya satu, perlu empat hingga lima helikopter yang bisa bolak-balik untuk mengangkut segala perlengkapan untuk menancapkan tower di suatu wilayah.
Hal itu diceritakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara tentang sulitnya menembus lokasi pembangunan infrastruktur Palapa Ring Timur.
"Itu sewa helikopter untuk mengangkut tower karena gak bisa jalan darat. Menembus gunung," kisah Rudiantara saat berbincang di sela kunjungan kerjanya ke Morotai, Maluku Utara.
Dibandingkan Palapa Ring Barat dan Tengah, pembangunan Palapa Ring Timur memang mempunyai tingkat kesulitan lebih.
Selain faktor geografis, keamanan wilayah menjadi tantangan digelarnya tulang punggung jaringan broadband Palapa Ring Timur.
"Konstruksi (Palapa Ring Timur) sudah hampir 95 persen. Selebihnya yang di gunung-gunung itu, kemarin lagi pasang itu di Nduga diberhentikan dulu, itu wilayah KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) lari," kata Rudiantara.
Meski demikian, dilanjutkan Rudiantara, pembangunan infrastruktur telekomunikasi di wilayah lain Indonesia timur yang relatif aman terus dikejar.
"Di (Palapa Ring) timur tantangannya paling tinggi. Tapi kami tidak boleh menyerah karena masyarakat harus terlayani. Insya Allah pertengahan 2019 semua (Palapa Ring Barat, Tengah dan Timur) sudah tersambung," tekadnya.
Kesulitan ini diamini Direktur Infrastruktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo Bambang Noegroho.
"Karena ada penembakan KKB itu wilayah yang kami sedang membangun berhenti dulu, tunggu sampai pihak keamanan setempat nyatakan aman, kami mulai lagi," ujar Nugie, sapaan akrabnya.
Nugie mengatakan, pembangunan Palapa Ring Timur bagaimanapun tetap berjalan agar target seluruh Palapa Ring tersambung di pertengahan 2019 bisa terwujud.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR