Hampir setiap anak remaja atau ABG di Indonesia pasti memiliki minimal satu akun media sosial.
Media sosial pun sukses membuat mereka kecanduan untuk saling berbagi dan selalu membuka media sosial setiap harinya.
Studi terbaru yang diterbitkan jurnal EClinicalMedicine mengungkapkan media sosial berpotensi membuat remaja perempuan lebih besar depresi dibanding remaja putra seperti dikutip CNN.
Remaja perempuan yang menggunakan media sosial selama lebih dari lima jam setiap harinya mengalami peningkatan depresi sebesar 50 persen, sementara remaja putra meningkat sebesar 35 persen.
Para peneliti menganalisa data dari 10.904 orang remaja berusia 14 tahun yang lahir antara 2000 dan 2002 di Inggris.
Data tersebut didapatkan dari UK Millennium Cohort Study, dan di dalamnya juga terdapat informasi dari kuesioner mengenai gejala depresi dan hubungannya dengan penggunaan media sosial.
Peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke dalam skor, dan dari sana terlihat adanya peningkatan yang besar terhadap tekanan sosial pada remaja putri.
Kemudian, juga ada skor gejala depresi 26 persen untuk remaja putri dan 21 persen untuk putra bila dibandingkan dengan remaja yang gunakan media sosial selama satu hingga tiga jam per harinya.
Peneliti juga menyatakan studi itu hanya untuk menunjukkan hubungan antara media sosial dan gejala depresi, seperti rasa tidak bahagia, gelisah, dan kesepian.
Ada pula faktor lain yang perlu diperhitungkan sebagai penyebab depresi di sini seperti kurang tidur dan cyberbullying.
Menurut Yvone Kelly selaku pembuat studi ini dan juga berprofesi sebagai profesor epidemiology dan kesehatan publik, besarnya perbedaan tersebut tampaknya berasal dari sifat penggunaan media sosial bagi remaja putri.
Remaja putri di Inggris lebih suka gunakan media sosial bersifat grafis, seperti Snapchat dan Instagram yang mementingkan tampilan fisik, mengambil foto, dan juga komentar mengenai foto tersebut.
Bila remaja putri yang mempost fotonya di sana mendapatkan komentar tidak baik mengenai penampilannya, maka hal itu akan membuatnya menjadi gelisah dan berujung pada depresi.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR