Pasar smartphone China tengah lesu. Sepanjang 2018, cuma 101 juta smartphone yang terjual dengan nilai transaksi 30,7 miliar dollar AS (Rp 433 triliun).
Angka itu turun 15 persen dibandingkan 2017, di saat penjualan smartphone di Negeri Tirai Bambu mencapai 119 juta unit.
Kondisi ini tentu berpengaruh besar terhadap industri smartphone keseluruhan, mengingat China adalah negara dengan populasi terbesar.
Apple pun turut “menyalahkan” kondisi di China atas penurunan penjualan iPhone sepanjang 2018.
Terlebih, iPhone XS dan XS Max tak cukup menarik untuk memicu minat beli masyarakat di sana. Pabrikan Cupertino itu menduduki posisi kelima sebagai pabrikan dengan penjualan ponsel terbesar di China.
Kendati demikian, Apple meraup pendapatan terbesar dibandingkan pabrikan lain karena harga iPhone yang tinggi.
Huawei masih mantap pada peringkat pertama di China, lantas disusul Vivo, Oppo, dan Xiaomi.
Masing-masing secara berurutan meraup pangsa pasar 25 persen, 23 persen, 21 persen, dan 13 persen.
Data Canalys menunjukkan pasar smartphone China lesu. Vivo naik peringkat Vivo menjadi satu-satunya vendor ponsel yang naik peringkat, dari yang sebelumnya di posisi ketiga menjadi kedua.
Vivo berhasil menggeser posisi Oppo berkat seri Y yang menyasar kelas menengah. Gabungan Vivo Y81, Y71, Y97, dan Y83, berkontribusi terhadap 64 persen penjualannya sepanjang kuartal ketiga (Q3) 2018 seperti dikutip GSM Arena.
Meski Vivo telah melanglang buana di pasar global, pabrikan itu agaknya memang lebih fokus menggarap pasar di negara basisnya (home market). Sebanyak 75 persen ponsel Vivo terjual di China.
Oppo yang tergeser pun punya prestasi lain. Sepanjang Q3 2018, Oppo A5 menjadi ponsel terlaris di China.
Di bawahnya, Oppo R15 berada di urutan kedua. Menurut analisa Canalys, ponsel di kisaran 300 dollar AS (Rp 4,2 jutaan) adalah yang paling banyak diminati pasar China.
Untuk flagship, rentang psikologis harga di sana antara 400 hingga 600 dollar AS (Rp 5,6 jutaan hingga Rp 8,4 jutaan).
Apple tak masuk dalam rentang tersebut, ditambah perang dagang Amerika Serikat dan China membuat posisi sang pabrikan Cupertino semakin lemah di Negeri Tirai Bambu.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR