Huawei menjawab tantangan smart city dengan menciptakan platform digital dengan artificial intelligence (AI) pada bagian intinya. Platform ini diyakini Huawei dapat menjadi fondasi kokoh pengembangan kota cerdas.
Sebuah kota ibarat tubuh manusia yang terdiri atas otak dan jaringan saraf untuk menangkap, melihat, dan berpkir. “Huawei berkomitmen menjadi enabler dan promoter smart city dengan menyediakan ‘sistem saraf’ bagi kota pintar,” ujar Dr. Zheng Zhibin, President Global Smart City Business Department, Huawei Enterprise BG.
Sistem saraf itu datang berupa platform digital bernama +AI Smart City Digital Platform. Dibangun di atas infrastruktur teknologi dan informasi Huawei, platform ini mengintegrasikan lima teknologi terkini: Internet of Things (IoT), big data + AI, cloud untuk video, Geographic Information System (GIS), dan converged communications.
+AI Smart City Digital Platform menawarkan beberapa kelebihan. Pertama, platform ini datang dengan full stack yang mencakup cloud-pipe-device technology, dan juga Platform as a Service (PaaS). Kedua, seperti disebutkan sebelumnya, platform digital ini membekal komponen dan kemampuan yang komprehensif di layer PaaS, yang mencakup IoT, big data, GIS, cloud untuk video, converged communications, AI, dan sistem keamanan informasi. Dan untuk mengintegrasikan berbagai kapabilitas tersebut, +AI Smart City Digital Platform juga dibekali industry enablement platform.
Menerapkan strategi Platform + Ecosystem pada platform ini, Huawei menggandeng para mitranya untuk mengembangkan ekosistem platform dan memperkaya solusi yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kota cerdas. Dan untuk memudahkan para mitra tersebut membuat aplikasi untuk +AI Smart City Digital Platform, Huawei menyediakan platform middlware bagi para pengembang aplikasi.
Solusi smart city Huawei telah digunakan oleh lebih dari 160 kota di empat puluh negara. Misalnya kota Duisburg, di Jerman, akan memanfaatkan platform digital Huawei untuk mewujudkan Smart Duisburg 2.0. Kota di Jerman ini akan menggunakan teknologi 5G, Wi-Fi, dan WLAN, serta platform IoT dari Huawei untuk membangun nervous system terkoneksi pada jaringan fasilitas kota, seperti transportasi, logistik, pembangkit listrik, dan manufaktur. Sehingga warga Duisburg dapat menikmati fasilitas kota yang lebih cerdas, seperti smart traffic lights dan smart parking.
Sementara di China, Qindao Seawater Rice R&D Center menggunakan sistem IoT Huawei untuk mengembangkan tanaman padi yang toleran terhadap garam (seawater rice). Sensor-sensor yang terpasang di tanah akan mengumpulkan informasi, seperti cahaya, suhu, dan kadar garam atau alkali. Informasi ini dikirm ke big data cloud Huawei melalui jaringan LTE . Kemudian sistem AI akan merekomendasikan jenis pestisida, pempukan, kontrol terhadap hama dan penyakit.
Kesuksesan pengembangan varietas padi ini diharapkan dapat membantu China mengubah 13-20 juta hektar tanah dengan kandungan garam dan alkali tinggi menjadi lahan subur penghasil beras dan mengurangi ketergantungan pangan pada impor.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR