Perusahaan financial technology (fintech) Ovo mengatakan persaingan terbesar pengembangan bisnis Ovo di Indonesia bukanlah sesama kompetitor di ranah fintech melainkan penggunaan uang tunai di masyarakat.
Harianto Gunawan (Director of Enterprise Payment Ovo) mengatakan pesaing terberat Ovo di Indonesia adalah uang tunai karena saat ini sekitar 90 persen masyarakat Indonesia masih menggunakan uang tunai daripada pembayaran digital.
"Ini yang mau kita coba push, baik melalui kolaborasi, kerja sama dengan banyak partner, pemerintah, dan lainnya yang penting kami mau memberikan sesuatu yang lebih dibandingkan kompetitor," katanya di Jakarta.
Saat ini masyarakat Indonesia masih percaya uang tunai sebagai alat tukar konvensional di Indonesia. Tantangan terbesar kedua adalah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk menggunakan Ovo.
Karena itu, Ovo memperkuat ekosistem lewat ketersediaan penggunaan di beragam layanan supaya masyarakat beralih dari uang tunai.
"Tantangan selanjutnya adalah trust. Cash masih dominan karena semua ortang msh percaya cash. Karena itu, kami punya strategi open ekosistem," ucapnya.
Sejauh ini, Ovo telah bekerja sama dengan Tokopedia, Grab yang juga bernaung di bawah Grup Lippo, merchant modern, serta 200 ibu UMKM.
Tantangan ketiga yaitu pemerataan konektivitas. Karena itu, Harianto menyambut positif Proyek Palapa Ring untuk menyediakan akses dari Sabang hingga Merauke.
"Itu [Palapa Ring] sangat penting karena infrastruktur dasar untuk digital. Karena kalau nggak ada jaringan bagaimana kita bisa melakukan apapun dengan ponsel kita," ucapnya.
Sejak berdiri pada 2017, Ovo sudah tersedia di 303 kota di Indonesia dengan transaksi lebih dari Rp1 miliar.
Dari semua layanan, e-commerce, transportasi, dan ritel menjadi penyumbang terbesar penggunaan Ovo.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR